Para ilmuwan telah menemukan spesies baru ikan hidup hampir 4,5 mil (7,25 km) di bawah permukaan Samudra Pasifik.
Ikan putih seperti malaikat itu ditemukan pada 10 September di parit Peru-Chili di Pasifik Selatan oleh sebuah tim internasional ahli biota laut yang dipimpin oleh Alan Jamieson dari University of
Aberdeen Skotlandia. Para ilmuwan juga menemukan belut dan krustasea yang hidup di parit lepas pantai barat Amerika Selatan. Makhluk-makhluk itu belum pernah diamati pada kedalaman tersebut, dimana sinar matahari tidak pernah menembus dan tekanan air hampir 10.000 pon per inci persegi.
"Temuan-temuan kami menyingkap spesies yang beragam dan melimpah pada kedalaman yang sebelumnya dianggap ikan tidak mungkin hidup, akan meminta memikirkan kembali populasi laut pada kedalaman ekstrim," kata Jamieson, yang memimpin peneliti dari Jepang dan Selandia Baru dalam proyek ini.
Ikan putih seperti malaikat itu ditemukan pada 10 September di parit Peru-Chili di Pasifik Selatan oleh sebuah tim internasional ahli biota laut yang dipimpin oleh Alan Jamieson dari University of
Aberdeen Skotlandia. Para ilmuwan juga menemukan belut dan krustasea yang hidup di parit lepas pantai barat Amerika Selatan. Makhluk-makhluk itu belum pernah diamati pada kedalaman tersebut, dimana sinar matahari tidak pernah menembus dan tekanan air hampir 10.000 pon per inci persegi.
"Temuan-temuan kami menyingkap spesies yang beragam dan melimpah pada kedalaman yang sebelumnya dianggap ikan tidak mungkin hidup, akan meminta memikirkan kembali populasi laut pada kedalaman ekstrim," kata Jamieson, yang memimpin peneliti dari Jepang dan Selandia Baru dalam proyek ini.
Para peneliti menemukan makhluk-makhluk itu selama ekspedisi tiga minggu di mana mereka mengambil lebih dari 6.000 gambar pada kedalaman antara 4.500 dan 8.000 meter (15.000 sampai 26.000 kaki).
Misi terbaru - 31 Agustus - 20 September - adalah misi ketujuh dalam tiga tahun dengan sebuah proyek penelitian kolaborasi antara Oceanlab Universitas Aberdeen, Institut Penelitian Kelautan Universitas Tokyo dan Institut Nasional yang meneliti Air dan Atmosfer dari Selandia Baru.
Ekspedisi sebelumnya telah mengidentifikasi spesies lain dari ikan yang mirip kecebong putih ini di dalam parit laut Jepang dan Selandia Baru.
Para ilmuwan juga menemukan banyak udang besar seperti krustasea.
Misi terbaru - 31 Agustus - 20 September - adalah misi ketujuh dalam tiga tahun dengan sebuah proyek penelitian kolaborasi antara Oceanlab Universitas Aberdeen, Institut Penelitian Kelautan Universitas Tokyo dan Institut Nasional yang meneliti Air dan Atmosfer dari Selandia Baru.
Ekspedisi sebelumnya telah mengidentifikasi spesies lain dari ikan yang mirip kecebong putih ini di dalam parit laut Jepang dan Selandia Baru.
Para ilmuwan juga menemukan banyak udang besar seperti krustasea.
"Untuk menguji apakah spesies ini akan ditemukan di semua parit laut, kami mengulangi eksperimen di tempat lain Samudera Pasifik di Peru dan Chile, sekitar 6.000 mil dari pengamatan terakhir kami," ujar Jamieson. "Apa yang kami temukan adalah bahwa memang ada spesies snailfish lain yang unik hidup pada jarak 7.000 meter - benar-benar baru untuk ilmu pengetahuan, yang tidak pernah tertangkap atau terlihat sebelumnya"
Jamieson mengatakan para ilmuwan juga mengamati belut dan udang besar seperti krustasea yang melimpah di parit laut
"Ini menimbulkan pertanyaan mengapa dan bagaimana mereka bisa hidup begitu dalam di parit ini bukan di tempat lain," kata Niamh Kilgallen, seorang ahli makhluk hidup dari intitut Selandia Baru.
"Temuan ini mendorong re-evaluasi terhadap keanekaragaman dan kelimpahan kehidupan pada kedalaman ekstrim," ujar Jamieson.(cnn.com)
Jamieson mengatakan para ilmuwan juga mengamati belut dan udang besar seperti krustasea yang melimpah di parit laut
"Ini menimbulkan pertanyaan mengapa dan bagaimana mereka bisa hidup begitu dalam di parit ini bukan di tempat lain," kata Niamh Kilgallen, seorang ahli makhluk hidup dari intitut Selandia Baru.
"Temuan ini mendorong re-evaluasi terhadap keanekaragaman dan kelimpahan kehidupan pada kedalaman ekstrim," ujar Jamieson.(cnn.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar