Kamis, 31 Mei 2012

ALAT PENGAMBILAN SAMPEL SEDIMEN DASAR LAUT

Secara umum sedimen batuan yang sering kita amati biasanya terletak di atas lapisan bumi yang disebut lithosfera. Pada bagian atas/permukaan dari lapisan ini (biasanya disebut sebagai kerak bumi) tersusun dari unsur-unsur pokok Si dan Al yang bersifat ganitik. Makin ke dalam, akan berubah susunannya menjadi Si dan Mg (atau disingkat sebagai SiMa) yang bersifat basaltic. Lithosfera ini biasa disebut sebagai mantel luar bumi.
Secara geologis bila sedimen berada dekat dengan pinggir kontinen (Continental margin) dikatakan bahwa sediment tersebut terletak di atas lempeng kontinen (Continental Crust). Namun bila berada jauh dari lempeng kontinen, biasanya terletak di atas lempeng samudra (Oceanic Crust).
Bayangkan samudera atau laut yang kering tanpa air. Seperti apakah permukaan dasar laut? Apakah akan kita jumpai rangkaian gunung dan lembah seperti di kontinen? Berapa tua usia batuan dan sedimen di dasar samudera?
Para ahli geologi di awal abad ke-19 berspekulasi bahwa dasar samudera berbentuk datar dan ditutupi oleh endapans lumpur yang tebal. Selama berabad-abad lamanya, mereka juga menyangka bahwa batuan tertua di bumi terletak di dasar samudera. Mereka percaya bahwa cekungan samudera telah terbentuk semenjak awal sejarah bumi dan sepanjang waktu secara perlahan dan kontinyu terisi oleh sedimen dari kontinen.
Data-data yang diperoleh semenjak tahun 1930-an telah memungkinkan para geologiawan untuk melihat dasar samudera yang relatif muda dan dinamis, dengan pegunungan, lembah, dan bentuk-bentuk topografi lainnya serupa dengan yang dijumpai di darat. Dasar samudera tidak lebih tua dari 200 tahun – suatu bagian kulit bumi yang berusia „muda“ dibandingkan dengan kontinen yang mengandung batuan yang berusia hampir 20 kali lipat.

A.Cakupan Geologi Marin
Para peneliti geologi marin mengkompilasi data topografi atau bentuk dasar samudera, distribusi dan jenis sedimennya, komposisi dan struktur batuan dibawahnya, dan proses geologi yang telah bekerja selam sejarah dasar laut. Mempergunakan informasi tersebut, mereka menilai sumberdaya mineral dasar laut, memprediksi lokasi bencana alam, menginvestigasi proses geologi marin, dan, dalam istilah yang lebih estetik, menambah pemahaman ilmiah kita terhadap bumi
Dalam sedimentologi tidak hanya berkaitan dengan masalah dinamika angkutan sedimen di dalam aliran, tetapi juga masalah mineral sedimen.
Beberapa penelitian telah berhasil dilakukan dalam kaitannya dengan angkutan sedimen. Penelitian tersebut dilakukan terhadap pengukuran laju angkutan sedimen suspensi aliran sungai, , pendugaan laju erosi daerah aliran sungai, pendugaan laju sedimen reservoir bendungan, penentuan lokasi rembesan di dasar reservoir bendungan, penentuan lokasi buangan pada pengerukan sedimen di pelabuhan yang telah mengalami pendangkalan , penentuan lokasi buangan pada rencana pengerukan sedimen untuk pembangunan pelabuhan, dan juga pengambilan sampel sedimen dasar laut.
Ketentuan pelaksanaan dalam pengambilan sampel dasar laut dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
• Mengukur dan mencatat posisi pengambilan sampel dasar laut
• Mengamati sampel dasar laut (tekstur) dan penyebarannya di daerah survei.

B. Metode dan Peralatan Secara Umum
Hampir semua peralatan dan metode yang dipergunakan dalam studi dasar samudera ditemukan dan dikembangkan dalam paruh abad terakhir ini. Sehingga bisa dikatakan geologi marin adalah ilmu yang relatif muda dengan banyak hal yang masih belum tereksplorasi. Karena penelitian terhadap dasar laut secara langsung sangat sulit dan menghabiskan banyak waktu, hampir semua penelitian laut membutuhkan kapal dan instrumen oseanografi yang canggih.
Metode pengambilan sampel sedimen dasar laut yang tercepat dan termudah adalah coring.Coring adalah teknik yang digunakan untuk membawa sedimen dari dasar laut ke pemukaan untuk di analisis Coring dilakukan dari atas kapal dan menggunakan pipa metal panjang yang diberi beban diatasnya. Pipa tersebut dikaitkan pada kabel panjang yang multiguna dan bekerja sesuai prinsip “jatuh bebas” (sehingga disebut dengan gravity corer) ke dalam sedimen lunak (unconsolidated) di dasar laut. Data dari sampel core menyediakan banyak informasi tentang sejarah resen geologi bumi – sebagai contoh, perbandingan relatif saat erupsi volkanik dan periode glasiasi. Lapisan yang tidak teratur (highly disturbed) dapat mendokumentasi peristiwa katastropis longsoran bawahlaut yang ditimbulkan oleh gempabumi. Metode pengambilan sampel batuan dasarlaut lainnya adalah dredging dan grab sampling. Batuan dasar yang keras (hard bedrock) disampling dengan dredge yang diseret di sepanjang dasarlaut. Grab sampling dipergunakan untuk mengambil sampel permukaan secara cepat dan efektif.

1.Grab Sampling
Grab sampling adalah proses yang simpel dalam mengangkat sedimen permukaan dari dasar laut.Dalam Grab Sampling alat-alat yang digunakan adalah grab sampler dan core sampler.
Sampel sedimen yang diperoleh dibedakan jenisnya, kemudian diberlakukan sesuai hasil yang ingin dicapai.Misalnya, untuk mengetahui besar butir sedimen.
Untuk mengukur diameter kerakal dan kerikil bisa dilakukan secara langsung dengan alat Bantu vernier calipers. Pengukuran langsung ditujukan untuk mengetahui panjang, lebar, dan tebal setiap partikel. Masing-masing dimensi tersebut kemudian dijumlahkan untuk kemudian dibagi dengan bilangan 3 untuk mendapatkan diameter rata-rata setiap partikel.Cara pengukuran seperti itu dilakukan untuk setiap kelompok (dibuat 3-4 Kelompok) yang terdiri @100 partikel.
Untuk mendapatkan jenis-jenis partikel sediment yang lebih kecil, dapat dilakukan dengan cara ayakan bertingkat menggunakan mata ayakan (meshes) yang sesuai, sedangkan lamanya waktu mengayak bila menggunakan alat mekanis bias 10 menit atau lebih tergantung dari kondisi sedimen. Jumlah sedimen yang akan di ayak khususnya yang sebagian besar terdiri dari pasir diperlukan sekitar 100 gam. Bila melebihi 100 gram bias menyebabkan over loading sehingga bias berakibat timbulnya sumbatan sebagian atau seluruhnya dari lubang mesh. Oleh karena itu, ayakan perlu dicuci bersih lebih dulu sebelum melakukan pengayakan terhadap sampel baru.
Pengayakan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pengayakan cara basah (wet sieving) dan pengayakan cara kering (dry sieving).Pengayakan cara kering lebih disukai walaupun ada beberapa kendala. Cara ini lebih tepat untuk jenis sedimen yang tidak membentuk agregat atau yang sering disebut sebagai unconsolidated sediment atau sebagian peneliti ada pula yang menyebut sebagai noncohesive sediment, walaupun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan sedimen merupakan campuran antara gravel, pasir, dan partikel yang lebih halus.
Pengayakan cara basah yaitu partikel yang lebih halus (lanau atau lempung) sebanyak ±20 gram dimasukkan ke dalam gelas ukur volum 1000 ml, kemudian dituang aquades sebanyak 1 liter yang telah diberikan dispersant (33 gr sodium hexametafosfat dan 7 gr sodium karbonat). Partikel tersuspensi kemudian diaduk dengan pengaduk (stirrer) dimulai dari dasar gelas ukur ke arah atas sehingga seluruh partikel mengumpul membentuk tiang yang berputar-putar dan digunakan pengukur stopwatch. Pengambilan sampel suspensi menggunakan pipet dan kemudian dimasukkan ke dalam tabung Beaker da dikeringkan dalam oven berventikulasi pada suhu 100°C selama 24 jam, lalu didinginkan dalam sebuah desikator, terakhir penimbangan dengan batas ketelitian 0,001 gr.


1.Grab Sampler
Pengambilan contoh (sampel) sedimen dasar laut biasa dilakukan dengan alat yang dinamakan Grab sampler. Pengambilan dengan grab ini biasanya ditujukan untuk keperluan seperti analisa besar butir, analisa organisme bentos, dan analisa kimia sedimen terutama pada lapisan atas dari sedimen sampai beberapa cm kedalaman.Beberapa jenis diantaranya dan perkembangannya dari waktu ke waktu yaitu sebagai berikut :

a. Bottom Sediment Grab Sampler
Alat ini berguna untuk mengambil contoh (sampel) yang tepat dari sebuah konstruksi/bentuk sedimen dasar. Bagian dalam dari sampler (alat pengambil sampel sedimen dasar) harus masuk cukup dalam pada semua kedalaman sampel. Mekanisme tutupan yaitu sama sekali wajib tutup dan pegangan sampel mencegah sebaik mungkin pengeluaran selama pencarian. Demikian juga, selama sampler bagus harus berbentuk untuk mempekecil gangguan sedimen paling atas oleh tekanan gelombang sebagai sesuatu yang menurunkannya ke dasar.
Wilco® Ekman, Ponar dan Van Veen sampler bertemu untuk keperluan ini dan sampler yang istimewa untuk danau dan lambat bergerak dan melambai-lambai. BM-60 dan BM-54 adalah bentuk hidrodimika pada posisinya mempertahankan dalam perpindahan aliran sungai yang sangat cepat.

b. Benthic Sediment Bottom Sampler


  • Ekman Bottom Grab Sampler

Ekman Bottom Grab Sampler adalah bentuk dari pengambilan contoh (sampel) dalam dasar danau yang lunak dan sungai tersusun dari kotoran, lanau, dan tanah gemuk yang dipakai bahan bakar (peat) halus. Sebagai alat pengambil sampel sedimen yang ditenggelamkan, dua tutup atas di buka dengan putaran yang tinggi membiarkan air lewat dan tutup pada pencarian dengan mencegah sampel hanyut. Ketika alat pengambil sampel sedimen tersentuh dasar, sebuah kurir mengirim selama perjalanan turun sumber saling dilengkapi yang diisi dengan gayung. Setiap alat pengambil sampel sedimen adalah terdiri dari 316 baja tak berkarat yang memasukkan pegas, kabel, dan pengancing. Juga tersedia yaitu 5 ft dan 10 ft perpanjangan pegangan alat pengambil sampel sedimen eksplorasi pada air yang dangkal sebagai pengganti sebuah kabel dan kurir. Alat pengambil sampel juga tersedia seperti baru dimana memasukkan 300 gm kurir tak bernoda, kabel 100 ft dan membawa tempat (perintah terpisah).


  • Ponar Type Grab Sampler

Wildco Ponar Type Grab Sampler adalah alat pengambil sampel sedimen yang biasa dipakai karena sangat serba guna untuk semua tipe dari dasar yang keras seperti pasir, batu kerikil dan lumpur. Dapat juga digunakan dalam aliran, danau, kolam air, dan lautan. Modifikasi tipe Van Veen ini sendiri, perjalanan alat pengambil sampel sedimen memiliki keistimewaan pusat jepitan yang tinggi yang biasanya mencegah kehilangan sampel dari samping.Pada puncak adalah penutup air yang mengalir melalui selama pengendalian penenggelaman dan kurang gangguan dengan sampel. Alat ini dibuat dari baja yang tidak bekarat dengan lengan-lengan seng yang berlapis baja dan berat.
Alat pengambil sampel model Ponar terdapat dalam beberapa ukuran dengan model kecil (1/8” lapisan bersih) dengan mudah digunakan dari sebuah perahu kecil dengan kabel nilon. Model kaliber berat (1/4 ’’lapisan bersih) harus menggunakan sebuah pengukuran dalam air dengan gema suara (saunding reel).


  • Van Veen Grab Sampler

Van Veen Grab Sampler adalah sebuah alat pengambil sampel bentuk kecil yang mengambil sampel pada dasar lunak. Memiliki lengan-lengan pengangkat yang panjang dan potongan tepi jelas pada dasar dari gayung-gayung, memungkinkan alat untuk memotong mendalam menjadi dasar yang lunak. Van Veen Grab Sampler adalah mesin dalam dua ukuran dari baja tak berkarat. Jepitan berat, rangkaian suppension, dan pintu-pintu dan sekat membiarkan arus lewat selama penurunan (penggelaman) ke dasar dan pasti turunnya vertical dimana di dalam air yang kuat arus ada. Secara relative area permukaan yang besar dan mekanisme penutupan yang kuat memberikan potongan untuk menggali sedimen secara relative tidak terganggu. Ketik kabel listrik membuat tegang lambat, rangkaian dempet pada puncak, pelepasan menggunakan ketegangan besar pada lengan-lengan panjang memberikan melebihi potongan-potongan , sebab mereka untuk mengangkat, lobang sangat dalam dalam sedimen, dan perangkap material seperti mereka tutup rapat sekali. Baja tak berkarat, 583 mikron, sekat-sekat pintu mempunyai penutup puing yang lunak yang mana selama menurunkan adalah pengangkat. Ketika grab menetapkan dasar, penutup kembali dan tutup sekat sama sekali mencegah sedimen lolos selama pencaian.


  • Wash Stand

Wash stand ini adalah bentuk untuk penggunaan dengan Eckman, Ponar, Van Veen sampler yang mana dapat menjadi penyerang puncak dari jeriji palang yang berdiri yang pencucian sampel melalui 30 lubang Aplikasi teknik nuklir dalam sedimentologi telah berkembang melalui penelitian dengan menggunakan perunut dan sumber radioaktif serta pemakaian instrumen nuklir.


2.Core Sampler
Untuk mengetahui beberapa lapisan sedimen pada kedalaman beberapa meter biasanya digunakan alat Core Sampler berbentuk tabung yang diluncurkan dari atas kapal, kemudian dilakukan analisa atau diskripsi atas drill cuttings yang didapat.


  • Pengerukan (dredging)

Pada tahun 1963, National Science Foundation memulai penelitian berskala internasional yang menyelidiki dasar laut, disebut Deep Sea Drilling Project (DSDP). Dengan menggunakan teknologi khusus yang dikembangkan oleh industri perminyakan, kapal DSDP mengebor dan mengambil banyak core dari dasar samudera, beberapa dengan panjang hingga kilometer. Di tempat-tempat tertentu di dunia, beberapa batuan sedimen tertua pada dasar samudera mencatat sedimentasi yang terus-menerus selama lebih dari 180 juta tahun. Batuan tersebut umumnya disusun oleh kerangka plankton berukuran mikroskopis dan partikel berukuran lempung. Jika ingin mengetahui sejarah bumi dengan lebih baik, adalah penting untuk melihat sedimen di dasarlaut dimana rekaman pengendapannya lebih lengkap dibandingkan sedimen di lingkungan darat. Informasi tentang klimat masalampau bumi, pola arus samudera, dan variasi volkanisme di masa lampau dapat dijumpai pada batuan dasarlaut tersebut.Pipa core yang sangat panjang dari DSDP mampu mengambil kolom sedimen dan batuan secara utuh hingga panjang lebih 1 kilometer.

a. Kapal Keruk Sederhana

  • Bucket dredger

Bucket dredger adalah jenis tertua dari suatu kapal keruk. Biasanya dilengkapi dengan beberapa alat seperti timba / bucket yang bergerak secara simultan untuk mengangkat sedimen dari dasar air. Varian dari Bucket dredger ini adalah Bucket Wheel Dredger.
Beberapa Bucket dredger dan Grab dredger cukup kuat untuk mengeruk dan mengangkat karang agar dapat membuat alur pelayar

b.Kapal Keruk Modern

  • Kapal Keruk Berisi udara (Pneumatic Dredger)

Kapal Keruk atau dalam bahasa Inggris sering disebut dredger merupakan kapal yang memiliki peralatan khusus untuk melakukan pengerukan. Kapal ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan, baik dari suatu pelabuhan, alur pelayaran, ataupun industri lepas pantai, agar dapat bekerja sebagaimana halnya alat-alat levelling yang ada di darat seperti excavator dan Buldoser.

Ada beberapa jenis kapal keruk diantaranya adalah:

Sebuah TSHD membuang material dari hopper, jenis pembuangan ini disebut rainbowing, digunakan untuk melakukan reklamasi

  • Kapal keruk penghisap / Suction dredgers

Beroperasi dengan menghisap material melalui pipa panjang seperti vacuum cleaner. Jenis ini terdiri dari beberapa tipe.
a.Sebuah trailing suction hopper dredger atau TSHD
menyeret pipa penghisap ketika bekerja, dan mengisi material yang diisap tersebut ke satu atau beberapa penampung (hopper) di dalam kapal. Ketika penampung suda penuh, TSHD akan berlayar ke lokasi pembuangan dan membuang Trailing suction hopper dredgermaterial tersebut melalui pintu yang ada di bawah kapal atau dapat pula memompa material tersebut ke luar kapal. TSHD terbesar di dunia adalah milik perusahaan Belgia yaitu Jan De Nul TSHD. Vasco Da Gama (33.000 m3 penampung, 37,060 kW total tenaga yang ada) dan perusahaan BelandaBoskalis TSHD. W.D. Fairway (35.000 m3 penampung).Pengerukan Indonesia memiliki pula kapal keruk jenis ini seperti TSHD. Halmahera dan TSHD. Irian Jaya. Digunakan untuk melakukan maintenance dredging di pelabuhan-pelabuhan seluruh Indonesia.Cutter-suction dredger
b. Cutter-suction dredger
Di sebuah cutter-suction dredger atau CSD, tabung penghisap memiliki kepala pemotong di pintu masuk penghisap. Pemotong dapat pula digunakan untuk material keras seperti kerikil atau batu. Material yang dikeruk biasanya diisap oleh pompa pengisap sentrifugal dan dikeluarkan melalui pipa atau ke tongkang. CSD dengan pemotong yang lebih kuat telah dibangun beberapa tahun terakhir, digunakan untuk memotong batu tapi peledakan. CSD memiliki dua buah spud can di bagian belakang serta dua jangkar di bagian depan kiri dan kanan. Spud can berguna sebagai poros bergerak CSD, dua jangkar untuk menarik ke kiri dan kanan.
Dua CSD terbesar di dunia adalah CSD milik Dredging International CSD D'Artagnan (28.200 kW) dan Jan De Nul CSD J.F.J. DeNul (27.240 kW).
c. Auger suction dredger
Ini seperti pemotong kapal keruk penghisap, tetapi alat pemotong yaitu Archimedean screw yang berputar pada pipa penghisap.
d. Jet-lift dredger
Ini menggunakan venturi effect dari sebuah aliran air pekat berkecepatan tinggi untuk menarik air yang dekat, bersama-sama dengan material dasar, dalam sebuah pipa.
e. Air-lift dredger
Sebuah Airlift (alat pengerukan) adalah sebuah tipe kapal keruk penghisap yang kecil. Alat ini kadang-kadang digunakan seperti kapal keruk lainnya.. Pada waktu lain sering sebuah airlift digunakan handheld di dalam air oleh pengemudi. Alat ini berkerja serangan udara dalam pipa, dan tarikan ai dengan alat tersebut.
f. Grab dredger
Sebuah Grab dredger mengangkat material dasar laut dengan sebuah grab berbentuk kulit kerang (clamshell grab), dimana bergantung pada sebuah papan derek, atau dibawa oleh lengan hidraulik, atau mlut seperti atas sebuah dragline. Tehnik ini sring digunakan dalam penggalian Lumpur teluk (bay mud).


  •  Backhoe/dipper dredge

Backhoe/dipper dredger memiliki sebuah backhoe seperti excavator. Backhoe dredger dapat pula menggunakan excavator untuk darat, diletakkan di atas tongkang. Biasanya backhoe dredger ini memiliki tiga buah spudcan, yaitu tiang yang berguna sebagai pengganti jangkar agar kapal tidak bergerak, dan pada backhoe dredger yang high-tech, hanya memerlukan satu orang untuk mengoperasikannya.
Dua backhoe dredger terbesar di dunia adalah milik dari Bean L.L.C. yaitu TAURACAVOR dan milik dari Great Lakes Dredge & Dock Co. yaitu NEW YORK. Keduanya dilengkapi dengan Excavator Liebher


  •  Water injection dredger

Water injection dredger menembakkan air di dalam sebuah jet kecil bertekanan rendah (tekanan rendah karena material seharusnya tidak bertebaran kemanapun, karena harus secara hati-hati agar material dapat dipindah) ke sedimen di dasar air
agar air dapat mengikat sedimen sehingga melayang di air, selanjutnya di dorong oleh arus dan gaya berat keluar dari lokasi pengerukan. Biasanya digunakan untuk maintenance dredging di pelabuhan. Beberapa pihak menyatakan bahwa WID adalah bukan pengerukan sementara pihak lain menyatakan sebaliknya.
Hal ini terjadi karena pengukuran yang seksama harus dibuat untuk mengukur kedalaman air, sedangkan beberapa alat ukur untuk itu (seperti singlebeam echosounder) kesulitan untuk mendapat hasil yang akurat dan harus menggunakan alat ukur yang lebih mahal (multibeam echosounder) untuk mendapat hasil ukuran yang lebih baik.

Kamis, 03 Mei 2012


BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN METODE TALI PANJANG

Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut, seaweed atau atau agar-agar. Salah satu dari jenis rumput laut yang sudah dibudidayakan secara intensif adalah Eucheuma sp di wilayah perairan pantai.
Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan tambahan untuk industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan.
Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut Eucheuma sp sebagai bahan baku. Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting karena selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan bahan baku. Melihat peluang tersebut, pengembangan komoditas rumput laut memiliki prospek yang cerah karena memiliki nilai ekonomis yang penting dalam menunjang pembangunan perikanan baik kaitannya dengan peningkatan ekspor non migas, penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan konsumsi dalam negeri maupun meningkatkan pendapatan petani/nelayan serta memperluas lapangan kerja.
Budidaya rumput laut Eucheuma sp yang sudah biasa dilakukan oleh petani/nelayan adalah dengan menggunakan metode rakit apung (floating raft method) dan metode lepas dasar (off bottom method), metode ini sangat tepat diterapkan pada areal perairan antara interdal dan subtidal dimana pada saat air surut terendah dasar perairan masih terendam air serta lebih banyak memanfaatkan perairan yang relatif dangkal. Oleh karena itu untuk melakukan pengembangan budidaya rumput laut tersebut sangat terbatas apalagi beberapa lokasi perairan pantai di Indonesia pada waktu surut terendah dasar perairannya kering. Dengan demikian perlu adanya metode lain yang bisa memanfaatkan perairan-perairan yang relatif dalam yang selama ini kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnya mempunyai potensi lebih besar apabila dimanfaatkan secara optimal.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai teknik budidaya rumput laut Eucheuma sp di perairan pantai dengan metode tali panjang (longline method) yang dapat diterapkan diperairan yang relatif dalam maupun perairan dangkal yang mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu dibanding-kan dengan metode lain.

Persyaratan lokasi dan lahan
Lahan budidaya Eucheuma sp yang cocok terutama sangat ditentukan oleh kondisi ekologis yang meliputi kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi. Adapun persyaratan lahan budidaya Eucheuma sp adalah :
* Lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung ombak yang kuat.
* Lokasi budidaya harus mempunyai gerakan air yang cukup. Kecepatan arus yang

cukup untuk budidaya Eucheuma sp 20 – 40 cm/detik.
* Dasar perairan budidaya Eucheuma sp adalah dasar perairan karang berpasir.
* Pada surut terendah lahan budidaya masih terendam air minimal 30 cm.
* Kejernihan air tidak kurang dari 5 m dengan jarak pandang secara horisontal.
* Suhu air berkisar 27 - 33 oC dengan fluktuasi harian maksimal 4oC.
* Salinitas (kadar garam) perairan antara 28- 34 permil (optimum sekitar 33 permil).
* pH air antara 7 -9 dengan kisaran optimum 7,3 -8,2
* Lokasi dan lahan sebaiknya jauh dari pengaruh sungai dan bebas dari pencemaran.
* Sebaiknya dipilih perairan yang secara alami ditumbuhi berbagai jenis makro algae lain
Bibit
* Bibit harus dipilih dari thallus yang muda, segar, keras, tidak layu dan kenyal.
* Berat bibit pada awal penanaman + 100 gram per ikat.
* Bibit sebaiknya disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari
  atau direndam di laut dengan menggunakan kantong jaring.

Metode tali panjang
Metode tali panjang (long line method) pada prinsipnya hampir sama dengan metode rakit tetapi tidak menggunakan bambu sebagai rakit, tetapi menggunakan tali plastik dan botol aqua bekas sebagai pelampungnya. Metode ini dimasyarakatkan karena selain lebih ekonomis juga bisa diterapkan di perairan yang agak dalam. Keuntungan metode ini antara lain:
* tanaman cukup menerima sinar matahari;
* tanaman lebih tahan terhadap perubahan kualitas air;
* terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan;
* pertumbuhannya lebih cepat;
* cara kerjanya lebih mudah;
* biayanya lebih murah;
* kualitas rumput laut yang dihasilkan baik.

Saat ini para petani/nelayan di perairan Karimunjawa umumnya mengem-bangkan usaha budidaya rumput laut Eucheuma sp dengan metode tali panjang, dan tentunya metode ini dapat diterapkan dan dikembangkan oleh petani/nelayan di wilayah lain di Indonesia. Persiapan pembuatan kontruksinya yang meliputi persiapan lahan dan peralatan sebagai berikut :

a. Material
* Tali plastik diameter 9 mm (sebagai tali utama dan tali jangkar).
* Tali plastik diameter 4 mm (sebagai tali ris tempat untuk mengikatkan bibit).
* Tali rafia (sebagai pengikat bibit).
* Bibit rumput laut (jenis Eucheuma sp ).
* Botol plastik bekas/gabus (sebagai pelampung).
* Patok bambu/kayu atau batu karang (sebagai jangkar).
* Pisau.
* Perahu.

b. Prosedur
* Ukuran unit yang dipakai biasanya 50 x 50 m2.
* Siapkan material budidaya seperti yang tersebut pada butir a.
* Potong tali ris sepanjang 50-55m.
* Potong tali utama 2 buah (panjang sesuai kondisi).
* Potong tali jangkar yang panjangnya disesuaikan dengan kedalaman perairan pada
   waktu pasang tertinggi sebanyak 4 buah.
* Rentangkan kedua tali utama pada lokasi perairan yang telah dipilih dengan posisi saling berhadapan dengan jarak 50 m dan ikatkan tali jangkar pada kedua ujungnya yang sebelumnya dibebani batu karang atau diikatkan pada patok bambu/kayu yang ditancapkan sebelumnya kemudian disudut-sudutnya dipasang pelampung.
 * Ikat tali ris diantara 2 tali utama#Jarak antara tali ris 2-3m.
* Kemudian pasang tali rafia pada tali ris untuk mengikatkan bibit
* Jarak tiap ikat bibit yang diikatkan pada tali ris sekitar 25 cm kemudian setelah semua tali ris terisi oleh bibit maka segera diangkut menuju lokasi budidaya dengan perahu.
* Ikat bibit yang telah diseleksi dengan tali rafia dengan berat masing-masing sekitar 100 gram/ikat kemudian bibit tersebut diikatkan pada tali ris.
* Pengikatan tali ris pada tali utama disesuaikan sehingga jarak tanaman dari permukaan air sekitar 30 sampai 50 cm.
* Setelah tali ris diikat semua maka ikatkan pelampung botol plastik bekas pada tali ris, masing-masing ris sebanyak 10 buah dengan jarak sekitar 3 m.

Perawatan
Dalam usaha budidaya rumput laut, perawatan tanaman adalah sangat penting. Kegiatan perawatan meliputi hal hal sebagai berikut:
* membersihkan tanaman dari kotoran yang melekat, endapan atau tumbuhan lain yang menempel;
* mengganti tanaman yang rusak dengan tanaman yang baru atau tanaman yang pertumbuhannya baik;
* memperbaiki konstruksi yang rusak seperti jangkar tercabut, atau tali-tali lepas atau putus.

Panen

Tanaman sudah dapat dipanen dengan cara panen total (full harvest) setelah berumur 45 -60 hari sejak ditanam. Panen dilakukan dengan cara mengangkat seluruh tanaman, sedangkan pelepasan tanaman dari tali ris dilakukan di darat. Penanaman kembali dilakukan dengan memilih bagian ujung tanaman yang masih muda dan bagian pangkal tanaman yang merupakan bagian yang tua dikeringkan karena memiliki kandungan karaginan yang tinggi.

Pasca panen/ pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara menggunakan alat pengering (oven) atau secara alami dengan menjemur dengan sinar matahari. Yang murah dan praktis adalah dengan cara dijemur dengan sinar matahari selama 2 -3 hari, tergantung kondisi panas matahari. Dalam penjemuran ini harus menggunakan alas, seperti para-para, terpal plastik dan lain-lain untuk menghindari tercampurnya rumput laut hasil panen dengan kotoran seperti pasir atau kerikil dan lain-lain. Setelah kering dan bersih dari segala macam kotoran maka rumput laut dimasukkan kedalam karung plastik untuk kemudian siap dijual atau disimpan di gudang. Pada waktu penyimpanan hindari kontaminasi dengan minyak atau air tawar. Proses penjemuran dan penyimpanan sangat perlu mendapat perhatian, karena meskipun hasil panennya baik akan tetapi bila penanganan pasca panennya kurang baik maka akan mengurangi kualitas rumput laut.
Untuk melihat gambar proses pengeringan dan penyimpanan dapat dilihat pada gambar 7 sedang gambar 8 menampilkan beberapa gambar makanan hasil olahan rumput laut.

Ikan Napoleon, Napoleon Wrasse (Cheilunus undulatus)

Ikan ini bernama napoleon atau lebih dikenal dengan Napoleon WrasseIkan Napoleon (Cheilunus undulatus) adalah salah satu ikan karang besar yang hidup pada daerah tropis. Panjang ikan ini bisa mencapai 1.5 meter. Dan beberapa ikan bisa mencapai ukuran sampai 180 kg pada usia 50 tahun. Kehidupan hewan ini umumnya sama dengan ikan karang lain yang hidup secara soliter. Para penyelam biasanya menemukan ikan ini berenang sendiri pada daerah sekitar karang. Dan biasanya sangat jinak dengan para penyelam. Ikan ini biasanya biasanya tidak terusik dengan aktivitas para penyelam. Salah satu keunikan hewan ini adalah lingkar bola matanya yang dapat melihat arah sudut pandang sampai 180 derajad. Kebiasaan hidup sendiri pada kedalaman tertentu membuat hewan ini sangat dinantikan oleh para penyelam untuk melihat atau bahkan memotret hewan ini.
Ikan ini bernama napoleon atau lebih dikenal dengan Napoleon WrasseIkan Napoleon (Cheilunus undulatus) adalah salah satu ikan karang besar yang hidup pada daerah tropis. Panjang ikan ini bisa mencapai 1.5 meter. Dan beberapa ikan bisa mencapai ukuran sampai 180 kg pada usia 50 tahun. Kehidupan hewan ini umumnya sama dengan ikan karang lain yang hidup secara soliter. Para penyelam biasanya menemukan ikan ini berenang sendiri pada daerah sekitar karang. Dan biasanya sangat jinak dengan para penyelam. Ikan ini biasanya biasanya tidak terusik dengan aktivitas para penyelam. Salah satu keunikan hewan ini adalah lingkar bola matanya yang dapat melihat arah sudut pandang sampai 180 derajad. Kebiasaan hidup sendiri pada kedalaman tertentu membuat hewan ini sangat dinantikan oleh para penyelam untuk melihat atau bahkan memotret hewan ini. Biasanya ikan berenang sendiri mencari makan didaerah dekat karang, karena makanannya yang berupa beberapa jenis sea urchin, molusca dan crustacean memang banyak berada pada daerah sekitar karang. Ikan ini mempunyai pola reproduksi yang hermaphrodite. Biasanya ikan ini lahir sebagai hewan jantan dan akan berubah menjadi betina saat menjelang dewasa. Sehingga kadang ditemukan dominasi jantan pada satu populasi ikan kecil sampai ukuran sedang dan akan berubah menjadi dominasi populasi betina saat mendekati matang gonad. Ini memang fenomena unik dialam yang merupakan salah satu strategi sebagian besar hewan laut utntuk mempertahankan kehidupan populasi mereka.

Foto/Gambar Ikan Napoleon
Ikan Napoleon



Sampai saat ini sangat kurang penelitian yang mengungkap pola adaptasi yang bisa dikembangkan oleh ikan yang satu ini yang jelas bahwa sampai saat ini populasi hewan ini sangat kecil dan merupakan salah satu ikan yang sangat dilindungi. Populasi ikan ini biasanya didapatkan pada daerah-daerah yang jauh dari kegiatan pengeboman karena dari beberapa pengalaman para penyelam, mengatakan bahwa ikan napoleon akan sangat jarang ditemukan pada daerah dengan kondisi karang yang sudah rusak akibat pengeboman dan atau daerah yang banyak menggunakan potassium sianida. Ini menggambarkan bahwa keberadaan ikan ini sangat tergantung pada ekosistem yang terjaga.

Foto/Gambar Ikan Napoleon
Ikan Napoleon


Mahalnya perdagangan ikan ini merupakan salah satu penyebab populasi ikan ini sangat jauh berkurang dialam. Warna daging yang putih lembut dengan rasa yang sangat lezat, membuat ikan ini semakin diburu. Beberapa Negara yang dicatat sebagai pengimpor ikan ini adalah Singapura, Cina, Hongkong dan Jepang. Juga pernah dicatat beberapa pesanan berasal dari Canada, Amerika dan beberapa nagara di Eropa. Walau dilakukan dengan tidak resmi, sampai sekarang masih didapatkan beberapa kasus penyeludupan hewan ini keluar dari Indonesia.

Foto/Gambar Ikan Napoleon
Ikan Napoleon


Ikan ini merupakan salah satu ikan yang sangat dilindungi dan dilarang perdagangannya saat ini. Oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), ditetapkan ikan Napoleon sebagai salah satu ikan yang dilindungi di dunia karena ikan ini telah langka dan terancam populasinya dialam. Pada COP 13 CITES di Bangkok, Thailand pada tanggal 2 – 14 Oktober 2004 negara-negara anggota CITES telah menyepakati untuk memasukan jenis ikan ini kedalam Appendiks II CITES dan selanjutnya dalam pemanfaatannya harus sesuai dengan ketentuan CITES, karena Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi CITES sesuai Keputusan Presiden Nomor : 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on International Trade In Endangered Species (CITES) of Wild Fauna and Flora. Dimana pengaturannya di Indonesia dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan c.q. Dirjen PHKA selaku otoritas pengelola CITES. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka pemanfaatan Ikan Napoleon Wrasse (Cheilinus undulatus) yang tidak dilindungi undang-undang dan termasuk dalam Appendiks II CITES dalam penatausahaannya diatur sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar, yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta Peraturan Pemerintah Nomor : 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.

Khusus untuk dibeberapa perairan Indonesia, kita dapat menemukan ikan ini hidup disekitar daerah sekiatar Irian (raja empat dan sekitarnya) , perairan Sulawesi tenggara (kabupaten Buton, Perairan Wakatobi dan sekitarnya) , Periaran Sulawesi Utara (Bunaken dan sekitarnya), Perairan Nusa Tenggara (Sikka dan sekitarnya), perairan Sulawesi selatan (Takabonerate dan sekitarnya), Perairan Maluku.

Namun demikian karena maraknya pengiriman secara illegal ikan ini ke Singapura, membuat ikan ini telah mulai langka dan sangat sulit untuk ditemukan. Walaupun dicanangkan sebagai salah satu hewan yang dilindungi di Indonesia, tidak menyusutkan niat beberapa pencari dan pedagang ikan untuk menjual ikan ini. Bahkan dengan dilindunginya ikan ini membuat harganya semakin mahal dan semakin menantang mereka untuk menangkap dan menjualnya.

Foto/Gambar Ikan Napoleon
Ikan Napoleon


Sangat disayangkan jika keberadaan ikan ini akan musnah dari parairan Indonesia. Sebagai salah satu hewan yang mempunyai bentuk yang cantik, anggun, gemulai dan bersahabat dialam, menjadikan ikan ini sangat dekat dengan beberapa penyelam. Keberadaan ikan ini dibeberapa daerah penyelaman menjadikan pengalaman tersendiri yang tak terlupakan bagi para penyelam. Bahkan dibeberapa Negara ada yang menawarkan paket berenang dengan hanya untuk menyaksikan keberadaan beberapa jenis ikan ini dialam.

Ini merupakan investasi alam yang sangat berharga untuk jangka panjang. Sebagian besar masyarakat kita tidak mengerti akan keberadaan hewan ini bahkan ironisnya dibeberapa tempat, ikan ini diburu untuk disantap menjadi makanan keseharian mereka.

Minimnya kesadaran akan beberapa jenis hewan yang semakin berkurang dialam menjadikan mereka seakan tidak perduli dengan hewan ini.

Untuk itu akan sangat diharapkan peran dari semua pihak untuk bersama-sama menjaga keberadaan hewan dan ikan-ikan yang dilindungi.

Kita sangat mengharapkan peran pemerintah untuk lebih tegas dalam mengawasi dan melarang perdagangan hewan ini, pertisipasi semua pihak untuk menjaga keberadaan ikan ini dialam.

Akan sangat indah bagi kita jika saat melakukan perjalanan kedaerah-daerah pantai dekat karang menyaksikan ikan ini berenang dengan gemulai dan indah atau suatu saat anda mempunyai kesempatan untuk snorkling atau diving didaerah sekitar karang menemukan ikan ini berenang bebas bersama anda karena sifat yang bersahabat dari ikan ini.

Dengan tidak memburunya dialam dan membiarkannya tetap hidup dan berkembang biak dialam kita sudah berperan sangat besar dalam menjaga ikan ini. Kita tidak akan berharapa kalau ikan ini hanya tertempel didinding sebagai suatu gambar atau poster yang dengan catatan “Ikan ini Pernah ada diperaiarn Indonesia”.

Akan sangat mungkin untuk melakukan upaya restoking bagi beberapa hewan dan ikan seperti Napoleon dialam. Tentunya peluang untuk membuat tempat perkembangbiakan ikan ini pada suatu kawasan bahkan tempat tertentu merupakan salah satu jalan keluar yang mungkin dapat dilakukan. Tentunya dengan kepedualian dan perhatian dari berbagai pihak terutama pemerintah.

Ikan satu ini kurang dikenal di negeri kita. Padahal di Hongkong, ia merupakan makanan begitu bergengsi, sampai-sampai para taoke harus belanja ke Indonesia. Kehidupan unik "kerajaan" ikan ini mulai terusik.

Foto/Gambar Ikan Napoleon
Ikan Napoleon


Bicara soal ikan terumbu karang, ikan napoleon (Cheilinus undulatus) jelas bukan primadonanya. Tampangnya enggak cakep. Warnanya juga kagak terlalu menarik. Apalagi menginjak umur setengah baya badannya jadi meraksasa, sehingga orang yang belum mengenalnya bakal takut. Meskipun gerakannya lamban, kesan menyeramkan tak bisa hilang.

Tapi di kalangan pecinta makanan ikan laut di Hongkong sana, ikan ini benar-benar sajian favorit. Kabarnya, daging mereka sangat lezat dan lembut, lalu, dia juga merupakan simbol status sosial dan ekonomi bagi penyantapnya. Menu ikan, yang di Hongkong disebut sio moy, ini biasanya dihidangkan pada acara atau peringatan khusus, umpamanya pesta ulang tahun kelahiran atau perkawinan. Permintaan tertinggi terjadi pada Hari Ibu. Syukur, barangkali itu merupakan bentuk penghargaan yang tinggi pada kaum ibu. Sajian ikan "buruk rupa" ini sering pula hadir saat ada jamuan makan dengan relasi bisnis.

Soal harganya, jangan tanya. Sekilonya di sana mencapai AS $ 80. Padahal, para taoke belanja ke para nelayan penangkapnya di Indonesia cuma dengan harga AS $ 20, meski di tingkat nelayan harga itu sudah menggiurkan. Akibatnya, penangkapan terhadap ikan jenis ini jadi membabi buta. Kalau menangkapnya cep … pakai tangan, mungkin tak masalah. Yang celaka, mereka diburu menggunakan bom rakitan atau racun potasium sianida (NaCN). Terumbu karang tempat mereka hidup, kongko-kongko, dan mencari makan jadi hancur atau mati.

Beruntung, para pecinta terumbu karang dan penghuninya segera teriak kencang. Pemerintah negara-negara yang wilayahnya menjadi habitat mereka segera pasang kuda-kuda. Larangan penangkapan terhadap mereka pun diberlakukan. Di antaranya oleh Filipina dan Indonesia. Kedua negara memang merupakan pemasok utama ikan napoleon untuk Hongkong. Maldivas kemudian mengikuti jejak keduanya. Tapi, sebenarnya masih ada negara lain yang "diam-diam" juga memasok ikan besar ini ke Hongkong. Di antaranya Australia, Cina, Malysia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Thailand, dan Vietnam.

Di Indonesia sendiri larangan itu tidak cuma penangkapan, tetapi juga perdagangan mereka. Dalam SK Menteri Pertanian No. 375/Kpts/IK.250/5/95 disebutkan penangkapan cuma diizinkan Menteri Pertanian untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta pembudidayaannya. Nelayan tradisional juga diizinkan menangkap menggunakan alat dan tata cara yang tidak merusak sumber daya alam. Sedangkan dalam SK Menteri Perdagangan No. 94/Kp/V/95 dicantumkan larangan mengekspor ikan napoleon dalam keadaan hidup atau mati, bagian-bagiannya, maupun barang-barang yang terbuat dari ikan tersebut. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) pun memasukkan ikan napoleon ini sebagai satwa yang haram diperdagangkan. Sayang, implementasinya belum seperti diharapkan.


Gara-gara "selir" berebut kekuasaan

Pantas saja kalau kerusakan terumbu karang akibat serbuan serampangan terhadap si napoleon laut ini, bikin teriak banyak pihak. Pasalnya, kalau habitatnya luluh lantak mereka bisa kehilangan tempak tinggal dan dikhawatirkan punah. Padahal, mereka susah banget dikembangbiakkan di luar kampung halaman. Kalau cuma untuk hidup, bisa saja di miniatur laut seperti yang ada di Sea World Indonesia. Di sana saat ini ada beberapa ekor ikan napoleon. Tapi untuk punya keturunan, enggak janji! Penelitian yang dilakukan para bapak dan ibu di Loka Budidaya Air Payau Situbondo misalnya, mengungkapkan peluang mereka bisa beranak pinak di kolam percobaan sangat kecil. Meski telah berhasil dipijahkan, tingkat kelulushidupan (survival rate)-nya cuma 2 –3 % (Kompas, 5 Juli 1999). Artinya, setiap 100 ekor anak napoleon yang berhasil menetas, cuma 2 – 3 ekor yang mampu bertahan hidup. Selebihnya, ya menghadap Yang Maha Kuasa tak lama setelah turun ke dunia (air). Mungkin, tempat percobaan itu memang asing di mata si ikan napoleon.

Di kampung halaman mereka, dalam wilayah perairan terumbu karang Indo-Pasifik (Asia Tenggara dan Pasifik) dengan kedalamam 2 – 60 m, mereka bisa melihat pemandangan terumbu karang yang indah melambai-lambai. Mereka juga bisa bertegur sapa dengan tetangga sesama penghuni terumbu karang. Tempat favorit mereka adalah gua, celah, atau laguna di perairan terumbu karang. Sekarang bisa dimengerti, kebiasaan hidup di laut "beriman" (bersih, indah dan nyaman) menjadikan mereka stres berat bila dipaksa hidup di rantau orang. Tak terkecuali yang baru menetas. Wajar, kalau orok ikan napoleon tak banyak yang bisa bertahan.

Lebih-lebih siklus hidup bangsa ikan napoleon di tempat asalnya tergolong unik. Mereka termasuk dalam binatang hermaprodite protogynus. Di sini ikan napoleon jantan ada dua tipe, yakni mereka yang terlahir sebagai jantan dan tetap sebagai jantan sejati sampai akhir hayat, dan mereka yang memulai hidup sebagai betina dan dalam masa kehidupan berikutnya berubah fungsi sebagai jantan! Perubahan menjadi jantan biasanya terjadi setelah berumur 5 - 10 tahun atau berbobot badan kurang dari 10 - 15 kg. Namun, pergantian kelamin dan bagaimana perubahan kelamin terjadi masih menyimpan misteri.


Dramatis

Ada sejumlah faktor yang diperkirakan bisa mendorong perubahan jenis kelamin tadi. Yakni hubungan antarikan napoleon jantan dan dominasi sosial, atau dalam hal lebih spesifik, ukuran tubuhnya. Jenis Cleaner wrasse (Labroides dimidiatus), yang masih saudara ikan napoleon dalam keluarga besar Wrasse (Labridae), merupakan contoh paling baik. Pada ikan jenis ini seekor jantan yang besar bisa menjadi "raja" dan menguasai sebuah harem dengan sejumlah betina, bisa sampai enam ekor. Di dalam harem ini terbentuk hirarki yang jelas di antara para selir di harem tadi. Yang berbadan paling besar boleh menjadi ratu dan menempati kedudukan tertinggi. Ikan betina ini dalam aturan mainnya mendapatkan kekuasaan sangat besar atas betina lainnya. Dialah satu-satunya yang dapat hidup di sisi sang raja.
Sayang, setelah ditangkap nelayan, ikan napoleon ini mati. (Rye)

Jika ratu atau betina lain menyatakan berhenti (menjadi selir), mangkat, atau berhalangan tetap, ikan betina yang berkedudukan lebih rendah berhak menggantikannya dengan naik ke jenjang sosial lebih tinggi, tanpa melalui sidang Majelis Permusyawaratan Wrasse. Sementara bila si raja lengser keprabon, betina terbesar bakal ikut bersaing dalam suatu perebutan kekuasaan melawan ikan jantan dari kampung tetangga yang akan mencoba mengambil alih kekuasaan atas wilayah dan penghuni harem. Kalau betina itu besar dan cukup agresif untuk menahan kudeta tersebut, dalam beberapa jam dia bakal bertindak sebagai raja, tetapi masih betina. Ia segera menjalankan roda pemerintahan dan beberapa hari kemudian berubah menjadi ikan jantan sejati.

Dalam menjaga keutuhan rumah tangganya, ikan napoleon jantan dewasa terkenal galak. Pejantan lain jangan sekali-kali mengganggu. Begitu ada pejantan lain yang dianggap mau coba-coba main mata dengan pasangan hidupnya, sang raja segera memberi pelajaran oknum tak tahu diri itu. Kalau perlu sampai titik darah penghabisan.

Ikan napoleon betina bertelur sepanjang tahun di pinggir atau bagian luar lereng terumbu karang. Proses bertelur ini terjadi dalam kelompok maupun berpasangan. Kegiatan bertelur dalam kelompok sungguh dramatis. Aktivitas itu dimulai dengan berkeliling bersama secara perlahan membentuk suatu kelompok. Saat anggota kelompok bertambah, mereka berenang lebih cepat dan lebih cepat lagi, akhirnya makin rapat membentuk kelompok besar. Pada puncak hiruk-pikuk tadi, seluruh kelompok naik ke arah permukaan laut kemudian secepat kilat berbalik arah dan meninggalkan sebuah massa telur dan sperma di belakang yang segera terbawa oleh arus.

Jika proses bertelur dilakukan secara pasangan, yang jantan menyiapkan tempat bertelur pada seonggok karang atau batu yang menyolok. Dari sini dia menarik perhatian betina yang lewat, yang kira-kira bisa memberi harapan. Caranya, di atas calon pasangan dia bergerak ke atas dan ke bawah dan menggetarkan tubuhnya sembari berenang kembali. Kalau siap menerima pinangannya, si betina akan membalasnya dengan memberi sinyal ke ikan jantan yang meminangnya. Dengan bangga si betina melengkungkan tubuhnya membentuk huruf "S" sembari mempertontonkan perut buncitnya yang berisi telur. Mereka kemudian bertelur dalam suatu gerakan naik turun secara cepat ke permukaan. Proses bertelur ini berlangsung singkat dalam suatu hari, tergantung pada kondisi setempat. Di areal dengan arus pasang surut yang kuat, bertelur terjadi hanya setelah puncak pasang naik, keadaan yang ideal untuk memindahkan telur ke luar terumbu karang.


Punya banyak nama

Ketika muda, ikan napoleon terlihat pucat dengan garis-garis vertikal lebih gelap. Begitu dewasa, warna tubuhnya menjadi hijau kebiru-biruan dengan garis-garis lebih jelas. Bibirnya menebal macam bibir Mick Jagger. Bagian atas kepalanya pun, di atas mata, menjadi benjol ke depan. Karena "ponok"nya itu, orang pun menamainya Wrasse kepala berponok (Humphead wrasse).

Wajahnya memiliki garis-garis tak beraturan. Di belakang matanya terdapat dua garis pendek berwarna hitam. "Goresan" hitam ini menyerupai ornamen wajah suku Maori di Selandia Baru. Maka, ikan napoleon pun mendapat julukan lain, Maori wrasse.

Dalam keluarga besar ikan terumbu karang, ikan napoleon yang berukuran paling besar. Bisa mencapai panjang lebih dari dua meter. Yang pernah dicatat, seekor ikan napoleon memiliki panjang 2,29 m dan bobotnya 191 kg. Karena ukurannya yang besar itu, orang pun menjulukinya sebagai Giant (maori) wrasse.

Di alam bebas, ikan napoleon dikenal sangat hati-hati terhadap ikan-ikan lainnya. Namun, di taman laut, dimana ikan-ikan dilindungi, mereka sering kali menjadi jinak dan dapat disentuh oleh penyelam. Umumnya, mereka hidup sendiri-sendiri. Cuma kadang-kadang mereka terlihat berenang-renang berpasangan. Paling pol, mereka berkelompok hingga empat ekor. Pada masa bertelur Maori wrasse terlihat bergerombol dalam jumlah banyak.

Kalau siang hari ikan napoleon menjelajahi kampung halamannya yang penuh terumbu karang yang indah. Kalau malam hari beristirahat guna melepas lelah di dalam gua terumbu karang atau di bawah langkan karang.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sepanjang hari mereka secara tenang tapi pasti melahap ikan-ikan kecil, kerang-kerangan, bintang laut, teripang, atau cacing laut. Tulang-tulang dekat kerongkongannya (pharyngeal bones) bertindak sebagai geligi kedua yang memecahkan, menggiling, dan membantu dalam pemrosesan makanan.

Masa hidup mereka belum banyak diketahui orang. Namun, dipercaya mereka bisa hidup 25 tahun atau lebih. Itu kalau tidak makin banyak yang diburu. Tragisnya, nelayan tradisional kebanyakan menggunakan cara-cara terlarang, misalnya menyemprotkan potasium sianida ke tempat-tempat napoleon bersembunyi. Beberapa saat kemudian, ikan napoleon dan bakal teler.

Ikan-ikan lainnya yang saat itu berada di sekitarnya juga ikut lemas. Untuk bisa mengambil ikan napoleon, nelayan biasanya membongkar terumbu karang tempat si ikan napoleon tadi ngumpet. Inilah yang bikin terumbu karang rusak. Sesampai di kapal, mereka cepat-cepat diberi oksigen. Napoleon yang sudah meninggalkan kampung halaman ini pun segar kembali. Sebaliknya, terumbu karang tempat mereka bersembunyi luluh lantak, sehingga perlu waktu puluhan tahun untuk mengembalikan kondisinya