Kamis, 18 Oktober 2012

MANGROVE

DESKRIPSI :.

      Kata mangrove adalah kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Macneae, 1968). Adapun dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan untuk menunjuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut.

      Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Adapun menurut Aksornkoe (1993), hutan mangrove adalah tumbuhan halofit (tumbuhan yang hidup pada tempat-tempat dengan kadar garam tinggi atau bersifat alkalin) yang hidup disepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis.

      Hutan mangrove adalah yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut, tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Hutan mangrove dicirikan oleh tumbuhan dari 9 (sembilan) genus (Avicennia, Sueda, Laguncularia, Lumnitzera, Xylocarpus, Aegiceras, Aegialitis, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, dan Sonneratia), memiliki akar napas (pneumatofor), adanya zonasi (Avicennia/ Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Nypa), tumbuh pada substrattanah berlumpur/berpasir dan variasinya, dengan kadar salinitasyang bervariasi (Nybakken,1982).

TERUMBU KARANG

DESKRIPSI :.

      Terumbu karang merupakan habitat berbagai jenis organisme laut pada tingkatan invertebrata seperti moluska, krustasea, dan jenis-jenis hewan bertulang belakang seperti ikan karang, penyu, mamalia laut (duyung), dan rumput laut. Jenis komoditi tersebut memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan bila pemanenannya dapat dikendalikan secara lestari. Jika terumbu karang dibiarkan rusak dan hancur maka akan terjadi kepunahan organisme penghuninya dan akan kehilangan sumberdaya perikanan yang nilai ekonominya tinggi. Terjadinya kerusakan terumbu karang yang saat ini telah meluas hampir di semua wilayah Indonesia mengancam kelestarian keanekaragaman hayati terumbu karang dan keberadaan ekosistem pant
a
i
.
METODE OBSERVASI :.


      Pengamatan habitat dasar ekosistem terumbu karang, yang terdiri atas karang batu (hard coral) dan berbagai organisme bentik lainnya, dilakukan dengan cara membentangkan rol meter sebagai transek garis sepanjang 50 meter sejajar dengan garis pantai, sedangkan transek kuadrat diletakkan pada meter ke 10, 20, 30, 40, dan 50. Pengambilan data transek kuadrat dilakukan dengan metode belt transek dan pengamatan biota pengisi habitat dasar didasarkan pada bentuk pertumbuhan (life form) (English et al. 1994).


Pencatatan Data Life Form Karang (Sumber: English et. al., 1994)

METODE OBSERVASI LAMUN

Data kerapatan dan biomassa lamun diukur secara acak. Untuk menghitung kerapatan setiap jenis lamun digunakan rumus sebagai berikut:
        Jumlah tunas (tegakan) dari jenis lamun yang sama dihitung dari contoh yang diambil dari petak contoh ukuran 20 x 20 cm. Petak contoh dibuat masing-masing sebanyak 5 buah dari tiap-tiap plot luasan 1 x1 m.
      Dari panjang transek 400 m, setiap 50 m diletakan plot (frame ukuran 1x1 m) intuk pulau Pramuka yang mempunyai jarak surut sampai kurang lebih 500 m.Untuk Pulau Panjang besar dengan jarak surut terendah kurang lebih 50 m, diambil satu buah plot ukuran 1 x 1 m dan pada jarak surut lebih dari 200 m diambil 3 buah plot ukuran sama. Pulau kalilage kecil yang mempunyai lebar surut terendah bervariasi antara 25 s.d 200 meter dibuat 4 buah plot saja.
     
   Pembuatan transek dan petak pengambilan contoh lamun dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Plot dan Petak Pengambilan Contoh Lamun

 


Untuk menghitung biomassa setiap jenis lamun, digunakan rumus sebagai berikut :
        Contoh lamun yang diambil dari petak contoh ukuran 20 x 20 cm, seluruhnya dibersihkan dari lumpur dan pasir yang menempel pada bagian akarnya. Kemudian dipisah-pisahkan menurut jenis, dan dihitung jumlah tunasnya (tegakan), kemudian ditimbang untuk mengetahui berat basahnya. Berat basah dan jumlah tunas dari tiap jenis lamun yang sama dari petak contoh 20 x20 cm dalam satu plot 1x 1 m (5petak) dijumlahkna kemudian dikali lima untuk mengetahui dalam 1m².
   
METODE OBSERVASI :.


1. Faktor Abiotik Padang Lamun

     Faktor abiotik yang di inventarisir adalah tipe substrat, ukuran butiran pasir,pengelompokan dan penamaan butiran pasir. Contoh substrat yang diukur, diambil kurang lebih 1/2 kg dari masing-masing plot ukuran 1m². Contoh substrat tersebut dikeringkan terlebih dahulu dan kemudian iayak dengan ayakan yang beriameter 4;2;1;0,5 dan 0,25 mm. Hasil ayakan ditimbang dengan timbangan elektrik merk Nagata tipe LCS-3000.
     Butiran substrat ddikelompokan sebagai liat jika berdiameter < 0,25 mm, debu jika berdiameter 0,25 mm s.d 2 mm dan pasir jika berdiameter >2 mm.

2. Pemetaan Sebaran Jenis Lamun
     Sebagai bahan peta kerja dilapangan, digunakan Peta Laut Kepulauan Seribu nomor 415 dan 416 skala 1 : 20.000 yang dikeluarkan oleh DISHIDROS Angkatan Laut tahun 2004 dan Peta Bentuk Lahan Kepulauan Seribu Hasil Survei Lapangan Bakosurtanal tahun 1999 skala 1:20.000. Peta tersebut mencakup lokasi inventarisasi padang lamun yaitu Pulau Pramuka, Pulau Panjang besar, Pulau Kaliage kecil. Lokasi-lokasi tersebut dipilih sebagai tempat inventarisasi karena diduga ditumbuhi lamun yang mempunyai karakteristik yang berbeda. Observasi untuk pengambilan data sebaran dan jenis lamun dan luas penutupannya serta karakteristik habitat padang lamun dilakukan dengan berjalan kaki pada waktu air laut surut mengikuti garis transek yang tegak lurus pantai, dinilai lebih akurat,cepat dan mudah dibandingkan dengan laut ketika pasang. Jarak pandang waktu surut lebih luas dan lebih cepat dapat menentukan jenis lamun yang tumbuh, jens substrat dan gambaran persentase tutupan lamun. Alat yang dipergunakan untuk observasi adalah alat tulis menulis berupa pinsil,penggaris ,hardboard,GPS merk Garmin dan Coral Boot.
     
     Persentase tutupan lamun ditentukan secara relatif dalam plot ukuran 30 x 30 m laut. Ukuran petak didasarkan pada luasan kelompok rumpun lamun yang penyebaranya tidak merata dengan kisaran luasan kelompok rumpun lamun antara 10-30m². Dari petak luasan tersebut secara relatif dapat ditentuka berapa persen yang berupa pasir dan berapa persen yang berupa karang baik hidup atau mati, yang dilakukan dengan mata telanjang.Pengamatan dilakukan dalam garis transek sejauh 400 m untuk garis yan tegak lurus pantai dan sejauh 200 m untuk garis yang sejajar pantai. Jarak antar transek ditentukan dengan posisi GPS.

     Untuk dapat menggambarkan peta sebaran lamun, persen tutupan dari tiap=tiap petak contoh dijumlahkan kemudian diambil rata-rata sesuai banyaknya peta contoh, maka akan didapat angka rata-rata penutupan persen. Untuk mengetahui perkiraan luasan tutupan vegetasi lamun,angka rata-rata tutupan dalam persen dikalikan dengan luas rataan pasir sebagai habitat tempat tumbuh lamun.

3. Struktur Komunitas Padang Lamun
     Pengumpulan data kerapatanm dan biomassa lamun di pulau pramuka, pulau panjang dan P kaliage kecil dilakukan masing masing pada dua lokasi seperti pada gambar 1. Zonasi sebaran lamun dibuat dalam satu transek tegak lurus pantai. Spanjang transek dicatat jenisnya, penutupan dan karakteristik tipe substratnya
.

PARAMETER LINGKUNGAN

PARAMETER LINGKUNGAN HIDUP LAMUN :.

5. Substrat

     Tumbuhan lamun membutuhkan dasar yang lunak untuk ditembus oleh akar-akar dan rimpangya guna menyokong tumbuhan ditempatnya. Lamun dapat memperoleh nutrisi baik dari air permukaan melalui helai daun-daunnya, maupun dari sedimen melalui akar dan rimpangnya (Mc Roy & Barsdate,1970).
     Kesesuaian substrat yang paling utama bagi perkembangan lamun ditandai dengan kandungan sedimen yang cukup.Semakin tipis substrat (sedimen) perairan akan menyebabkan kehidupan lamun yang tidak stabil,sebaliknya semakin tebal substrat, lamun akan tumbuh subur yaitu berdaun panjang dan rimbun serta pengikatan dan penangkapan sedimen semakin tinggi.Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup dua hal,yaitu :1)pelindung tanaman dari arus laut. 2)tempat pengolahan dan pemasok nutrien (Berwick, 1983).
     Padang lamun hidup diberbagia tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari 40% endapan Lumpur dan fine mud (Dahuri et al., 1996).Semua tipesubstrat dihuni oleh tumbuhan lamun mulai dari lumpur lunak sampai batu-batuan, tetapi lamun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak. Berdasarkan tipe karakteristik tipe substratnya padang lamun yang tumbuh diperairan Indonesia dapat dikelompokkan menjai 6 kategfori, yaitu :1)Lumpur,2)Lumpur pasiran,3)Pasir,4)Pasir lumpuran,5)Puing karang dan 6)Batu karang. Pengelompokkan tipe substrat ini berdasarkan ukuran pertikelnya dengan menggnakan Segitiga Milla.
6. Oksigen Terlarut (DO)
     Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh suhu,salinitas,dan turbulensi air.Kadar oksigen terlarut berkurang dengan semakin meningkatnya suh,ketinggian?altitude dan berkurangnya tekanan atmosfer (Effendi,2000).

     Kelarutan oksigen penting artinya dalam mempengaruhi keseimbangan komunitas dan kehidupan organisme perairan. Selai itu kanungan oksigen terlarut memppengaruhi keanekaragaman organisme suatu ekosistem perairan. Menurut Effendi(200) perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaikknya memilih kaar oksigen tidak kurang ari 5mg/l. Kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mg/l mengakibatkan efek yang kurang menguntungkna bagi hampir semua organisme akuatik.
     Sumber oksigen terlarut bisa berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty dan Olem,1994 dalam Effendi,2000)

PARAMETER LINGKUNGAN

PARAMETER LINGKUNGAN HIDUP LAMUN :.

5. Substrat

     Tumbuhan lamun membutuhkan dasar yang lunak untuk ditembus oleh akar-akar dan rimpangya guna menyokong tumbuhan ditempatnya. Lamun dapat memperoleh nutrisi baik dari air permukaan melalui helai daun-daunnya, maupun dari sedimen melalui akar dan rimpangnya (Mc Roy & Barsdate,1970).
     Kesesuaian substrat yang paling utama bagi perkembangan lamun ditandai dengan kandungan sedimen yang cukup.Semakin tipis substrat (sedimen) perairan akan menyebabkan kehidupan lamun yang tidak stabil,sebaliknya semakin tebal substrat, lamun akan tumbuh subur yaitu berdaun panjang dan rimbun serta pengikatan dan penangkapan sedimen semakin tinggi.Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup dua hal,yaitu :1)pelindung tanaman dari arus laut. 2)tempat pengolahan dan pemasok nutrien (Berwick, 1983).
     Padang lamun hidup diberbagia tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari 40% endapan Lumpur dan fine mud (Dahuri et al., 1996).Semua tipesubstrat dihuni oleh tumbuhan lamun mulai dari lumpur lunak sampai batu-batuan, tetapi lamun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak. Berdasarkan tipe karakteristik tipe substratnya padang lamun yang tumbuh diperairan Indonesia dapat dikelompokkan menjai 6 kategfori, yaitu :1)Lumpur,2)Lumpur pasiran,3)Pasir,4)Pasir lumpuran,5)Puing karang dan 6)Batu karang. Pengelompokkan tipe substrat ini berdasarkan ukuran pertikelnya dengan menggnakan Segitiga Milla.
6. Oksigen Terlarut (DO)
     Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh suhu,salinitas,dan turbulensi air.Kadar oksigen terlarut berkurang dengan semakin meningkatnya suh,ketinggian?altitude dan berkurangnya tekanan atmosfer (Effendi,2000).

     Kelarutan oksigen penting artinya dalam mempengaruhi keseimbangan komunitas dan kehidupan organisme perairan. Selai itu kanungan oksigen terlarut memppengaruhi keanekaragaman organisme suatu ekosistem perairan. Menurut Effendi(200) perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaikknya memilih kaar oksigen tidak kurang ari 5mg/l. Kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mg/l mengakibatkan efek yang kurang menguntungkna bagi hampir semua organisme akuatik.
     Sumber oksigen terlarut bisa berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty dan Olem,1994 dalam Effendi,2000)

PARAMETER LINGKUNGAN LAMUN

PARAMETER LINGKUNGAN PARAMETER LINGKUNGAN HIDUP LAMUN :.IDUP LAMUN :.

1.Suhu

     Suhu merupakan faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme dilautan,karenasuhu mempengaruhi aktifitas metabolisme ataupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut (Hutabarat dan Evans, 1986).
     Toleransi suhu dianggap sebagai faktor enting dalam menjelaskan biogeografi lamun dan suhu yang tinggi di perairan dangkal dapat juga menentukan batas kedalaman minimum untuk beberapa spesies (Larkum et al., 1989).
     Kisaran suhu optimal bagi spesies lamun untuk perkembangan adalah 28°C-30°C, sedangkan untuk fotosintesis lamun membutuhkan suhu optimum antara 25°C-35°C dan padasaat cahaya penuh. Pengruh suhu bagi lamun sangat besar, suhu mempengaruhi proses-proses fisiologi yaitu fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan dan reproduksi. Proses-proses fisiologi tersebut akan menurun ajam apabila suhu pereairan berada diluar kisaran tersebut (Berwick, 1983).

2.Arus
     Arus merupakan gerakan mengalir suatu masa air yang dapat disebabkanoleh tiupan angin,perbedaan densitas air laut ata dapat pula disebabkan oleh gerkan periodik jangka panjang.Arus yang disebabkan oleh gerakan periodikjangka panjang ini antara lain arus yang disebabkan oleh pasang surut (pasut).Arus yang disebabkan oleh pasang surut biasanyaa banyak diamatidiperairan teluk dan pantai (Nontji,1993).

     Kecepatan arus peraiaran berpengaruh pada produktifitas padang lamun.Turtle grass dapat menghasilkan hasil tetap ( standing crop) maksimal pada kecepatan arus 0.5m/det(Dahri et al., 1996). Arus tidak mempengaruhi penetrasi cahaya, kacuali jika ia mengangkat sedimen sehingga mengurangi penetrasi cahaay. Aksi menguntungkan dari arus terhaap organisme terletak pada transport bahan makanantambahna bagi porganisme dan gdalam halpengangkutan buangan(Moore, 1958). Pada daerah yang arusnya cepat,sedimen pada padang lamunterdiri dari lumpur halus dan detritus.Hal ini mennunjukkan kemampuan tumbuhan lamun untuk mengurangi pengaruh arus sehingga mengurangi transport sedimen (Berwick, 1983 dalam Mintane,1998).

3.Salinitas
     Salinitas atau kadar garam yaitu jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air,biasanya dinyatakan dalam satuan °/oo(permil).Sebaran salinitas dilaut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai (Nontji, 1993).

    Spesies padang lamun mempunyai tolerans iyang berbeda-beda,namuyn sebagaian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu10 °/oo-40°/oo.Nilai optimum toleransi lamun terhadap salinitas air laut pada nilai 35°/oo(Dahuri et al,. 1996).
4.Kecerahan
     Kecerahan perairan menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis.Kebutuhasn cahaya yang tinggi bagi lamun untuk kepentingan fotosintesis terlihat dari sebarannya yang terbatas pada daerahyang masih menerima cahaya matahari (Berwick, 1983 dalam Mintane, 1998). Nilai kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan Lumpur,kandugan plankton, dan zat-zat terlarut lainnya (Birowo et al dalam Mintane 1998).

Jenis jenis Lamun

JENIS-JENIS LAMUN :.

Dengan melihat kunci identifikasi lamun kita dapat melihat jenis-jenis lamun apa saja yang terdapat di periran Indonesia
Kunci Identifikasi Lamun di Indonesia (Dimodifikasi dari Den Hartog 1970 dan Phillips & Menez 1988)

1. Daun pipih..............................................................................................................2
  Daun berbentuk silindris....................................................Syringodium isoetifolium
2. Daun bulat-panjang, bentuk seperti telur atau pisau wali........................Halophila
  a.Panjang helaian daun 11 – 40 mm, mempunyai 10-25 pasang tulang daun................................................................................................Halophila ovalis
  b. Daun dengan 4-7 pasang tulang daun...............................................................c
  c. Daun sampai 22 pasang, tidak mempunyai tangkai daun, tangkai panjang ....................................................................................Halophila spinulosa
     c1. Panjang daun 5-15 mm, pasangan daun dengan tegakan pendek
   .....................................................................................................Halophila minor

   c2. Daun dengan pinggir yang bergerigi seperti gergaji
   ...............................................................................................Halophila decipiens

   c3. Daun membujur seperti garis, biasanya panjang 50 – 200 mm ...................3
3. Daun berbentuk selempang yang menyempit pada bagian bawah.......................4
  a. Tidak seperti diatas ..........................................................................................6
4. Tulang daun tidak lebih dari 3...................................................................Halodule
  a. Ujung daun membulat, ujung seperti gergaji ..........................Halodule pinifolia

b. Ujung daun seperti trisula .....................................................Halodule uninervis

c. Tulang daun lebih dari 3.....................................................................................5
5. Jumlah akar 1-5 dengan tebal 0,5-2 mm ujung daun seperti gigi...................................................................................Thalassodendron ciliatum
6. Tidak seperti diatas...............................................................................Cymodocea
  a. Ujung daun halus licin, tulang daun 9-15 ........................Cymodocea rotundata
  b. Ujung daun seperti gergaji, tulang daun 13-17................Cymodocea serrulata
7. Rimpang berdiameter 2-4 mm tanpa rambut-rambut kaku; panjang daun 100-
300 mm, lebar daun 4-10 mm..................................................Thalassia hemprichii
8. Rimpang berdiameter lebih 10 mm dengan rambut-rambut kaku; panjang
daun 300-1500 mm, lebar 13-17 mm .........................................Enhalus acoroides

Klasifikasi Lamun

KLASIFIKASI :.

     Lamun termasuk dalam subkelas Monocotyledonae dan merupakan tumbuhan berbunga (kelas Angiospermae). Secara lengkap klasifikasi beberapa jenis lamun yang terdapat di perairan pantai Indonesia (Phillips dan Menez,1988) adalah sebagai berikut :

      Divisi : Anthophyta
          Kelas : Angiospermae
            Subkelas : Monocotyledonae
                Ordo : Helobiae
                  Famili : Hydrocharitaceae
                    Genus : Enhalus
                      Species :  Enhalus acoroides
                    Genus : Halophila
                      Species : Halophila decipiens
                                     Halophila ovalis
                                     Halophila minor
                                     Halophila spinulosa
                    Genus : Thalasia
                      Species : Thalasia hemprichii
                  Famili : Cymodoceaceae
                    Genus : Cymodocea
                      Species : Cymodocea rotundata
                                      Cymodocea serrulata
                    Genus : Halodule
                      Species : Halodule pinifolia
                                      Halodule uninervis
                    Genus : Syringodium
                      Species : Syringodium isoetifolium
                    Genus : Thalassodendron
                      Species : Thalassodendron ciliatum

      Tumbuhan lamun terdiri dari akar rhizome dan daun.Rhizome merupakan batang yang terpendam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku.Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas,berdaun dan berbunga. Pada buku tumbuh pula akar (Nontji,1993). Lamun memiliki daun-daun tipis yang memanjang seperti pita yang mempunyai saluran-saluran air (Nybakken, 1992). Bentuk daun seperti ini dapat memaksimalkan difusi gas dan nutrien antara daun dan air, juga memaksimalkan proses fotosintesis di permukaan daun (Philips dan Menez, 1988).
      Daun menyerap hara langsung dari periran sekitarnya, mempunyai rongga untuk mengapung agar dapat berdiri tegak di air, tapi tidak banyak mengandung serat seperti tumbuhan rumput di darat (Hutomo,1997). Sebagian besar lamun berumah dua,artinya dalam satu tumbuhan hanya ada jantan saja atau betina saja.Sistem pembiakannya bersifat khas karena melalui penyerbukan dalam air (Nontji, 1993).

Deskripsi Lamun


      Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae) (Wood et al. 1969; Thomlinson 1974; Azkab 1999). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodoceae serulata, dan Thallasiadendron ciliatum. Dari beberpa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung dan Lombok. Begitu pula Halophila decipiens baru ditemukan di Teluk Jakarta, Teluk Moti-Moti dan Kepulaun Aru (Den Hartog, 1970; Azkab, 1999; Bengen 2001).

      Lamun, merupakan bagian dari beberapa ekosistem dari wilayah pesisir dan lautan perlu dilestarikan, memberikan kontribusi pada peningkatan hasil perikanan dan pada sektor lainya seperti pariwisata. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian khusus seperti halnya ekosistem lainnya dalam wilayah pesisir untuk mempertahankan kelestariannya melalui pengelolaan secara terpadu. Secara langsung dan tidak langsung memberikan manfaat untuk meningkatkan perekonomian terutama bagi penduduk di wilayah pesisir.

      Habitat lamun dapat dipandang sebagai suatu komunitas, dalam hal ini padang lamun merupakan suatu kerangka struktural yang berhubungan dalam proses fisik atau kimiawi yang membentuk sebuah ekosistem. Mengingat pentingnya peranan lamun bagi ekosistem di laut dan semakin besarnya tekanan gangguan baik oleh aktifitas manusia maupun akibat alami, maka perlu diupayakan usaha pelestarian lamun melalui pengelolaan yang baik pada ekosistem padang lamun.

     Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata ( Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).

     Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem. Lamun merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan dan melindungi mereka dari serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

      Ekosistem Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang tinggi dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air. Alasan lain karena batang lamun dapat menghalangi pemangsaan fauna bentos sehingga kerapatan dan keanekaragaman fauna bentos tinggi.

      Daerah Padang Lamun dengan kepadatan tinggi akan dijumpai fauna bentos yang lebih banyak bila dibandingkan dengan daerah yang tidak ada tumbuhan lamunnya. Menurut Romimohtarto dan Juwana (1999) ekosistem lamun memiliki kerapatan fauna keanekaragaman sebesar 52 kali untuk epifauna dan sebesar 3 kali untuk infauna dibandingkan pada daerah hamparan tanpa tanaman lamun


Lamun

Tentang Lamun

Apakah lamun itu?

Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) yang telah beradaptasi untuk dapat hidup terbenam di air laut. Dalam bahasa Inggris disebut seagrass . Istilah seagrass hendaknya jangan dikelirukan dengan seaweed yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai rumput laut yang sebenarnya merupakan tumbuhan tingkat rendah dan dikenal juga sebagai alga laut.

Secara struktural lamun memiliki batang yang terbenam didalam tanah, disebut rhizom atau rimpang.  Rimpang dan akar lamun terbenam di dalam substrat yang membuat tumbuhan lamun dapat berdiri cukup kuat menghadapi ombak dan arus.

Lamun memiliki dua bentuk pembungaan, yakni  monoecious (dimana bunga jantan dan betina berada pada satu individu) dan dioecious (dimana jantan dan betina berada pada individu yang berbeda). Peyerbukan terjadi melalui media air (penyerbukan hydrophyllous).

Padang lamun adalah ekosistem perairan dangkal yang didominasi oleh lamun.  Pada ekosistem ini banyak ragam biota yang hidup berasosiasi dengan lamun.
Mengapa lamun itu penting?

Lamun  mempunyai peran penting ditinjau dari beberapa aspek:
  • Keanekaragaman hayati: Padang lamun memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.  Indonesia diperkirakan memiliki 13 jenis lamun.  Selain itu padang lamun juga merupakan habitat penting untuk berbagai jenis hewan laut, seperti: ikan, moluska, krustacea, ekinodermata, penyu, dugong, dll.
  • Kualitas air: Lamun dapat membantu mempertahankan kualitas air.
  • Perlindungan: Lamun dapat mengurangi dampak gelombang pada pantai sehingga dapat membantu menstabilkan garis pantai.
  • Ekonomi: Padang lamun menyediakan berbagai sumberdaya yang dapat digunakan untuk menyokong kehidupan masyarakat, seperti untuk makanan, perikanan, bahan baku obat, dan pariwisata.
Apa saja ancaman terhadap lamun?

Seperti ekosistem terumbu karang dan mangrove, padang lamun juga mengalami degradasi lingkungan dan presentasi tutupannya juga terus munurun.  Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan terhadap padang lamun:
  • Perubahan fisik dasar laut, seperti erosi, sedimentasi, dan pelumpuran yang mengurangi wilayah dan kepadatan tutupan padang lamun;
  • Kekeruhan yang mempengaruhi kapasitas fotosintesis dan pertumbuhan pada lamun;
  • Metode penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti trawl;
  • Penangkapan ikan berlebih yang dapat menurunkan tingkat keragaman hayati di ekosistem padang lamun.
Tanpa intervensi yang efektif dan terintegrasi, kecenderungan degradasi pada ekosistem padang lamun dan biota yang berasosiasi dengannya akan terus merosot.

Apa saja akar permasalahan dalam pengelolaan padang lamun?
  • Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat akan pentingnya ekosistem padang lamun;
  • Kondisi kemiskinan masyarakat pesisir;
  • Terbatasnya alternatif penghasilan untuk masyarakat lokal;
  • Belum adanya pengelolaan padang lamun yang terintegrasi;
  • Kelemahan hukum dan upaya penegakannya.
Jenis-jenis Lamun di Indonesia
Cymodocea rotundata
Local: Settu
English: Round tippes seagrass
Salah satu spesies dominan di mintakat intertidal; salah satu spesies pionir;
diketahui sebagai makanan duyung di Kawasan Timur Indonesia
Cymodocea serrulata
Local: Settu
English: Toothed seagrass

Enhalus acoroides
Local: Settu pita
English: Tropical eelgrass

Halophila decipiens
Local: Settu kelor
English: Veinless spoon-grass

Halophila minor
Local: Settu
English: Small spoon-grass
Halophila ovalis
Local: Settu kelor
English: Spoon-grass
Halodule pinifolia
Local: Settu kawat
English: Fiber-strand seagrass

Halophila spinulosa
Local: Settu pakis
English: Curled-base spoon-grass
Halodule uninervis
Local: Settu kawat
English: Fiber-strand seagrass
Syringodium isoetifolium
Local: Settu
English: Syringe grass

Thalassodendron ciliatum
Local: Settu kipas
English: Woody seagrass

Thalassia hemprichii
Local: Settu
English: Dugong grass

 

Kamis, 31 Mei 2012

ALAT PENGAMBILAN SAMPEL SEDIMEN DASAR LAUT

Secara umum sedimen batuan yang sering kita amati biasanya terletak di atas lapisan bumi yang disebut lithosfera. Pada bagian atas/permukaan dari lapisan ini (biasanya disebut sebagai kerak bumi) tersusun dari unsur-unsur pokok Si dan Al yang bersifat ganitik. Makin ke dalam, akan berubah susunannya menjadi Si dan Mg (atau disingkat sebagai SiMa) yang bersifat basaltic. Lithosfera ini biasa disebut sebagai mantel luar bumi.
Secara geologis bila sedimen berada dekat dengan pinggir kontinen (Continental margin) dikatakan bahwa sediment tersebut terletak di atas lempeng kontinen (Continental Crust). Namun bila berada jauh dari lempeng kontinen, biasanya terletak di atas lempeng samudra (Oceanic Crust).
Bayangkan samudera atau laut yang kering tanpa air. Seperti apakah permukaan dasar laut? Apakah akan kita jumpai rangkaian gunung dan lembah seperti di kontinen? Berapa tua usia batuan dan sedimen di dasar samudera?
Para ahli geologi di awal abad ke-19 berspekulasi bahwa dasar samudera berbentuk datar dan ditutupi oleh endapans lumpur yang tebal. Selama berabad-abad lamanya, mereka juga menyangka bahwa batuan tertua di bumi terletak di dasar samudera. Mereka percaya bahwa cekungan samudera telah terbentuk semenjak awal sejarah bumi dan sepanjang waktu secara perlahan dan kontinyu terisi oleh sedimen dari kontinen.
Data-data yang diperoleh semenjak tahun 1930-an telah memungkinkan para geologiawan untuk melihat dasar samudera yang relatif muda dan dinamis, dengan pegunungan, lembah, dan bentuk-bentuk topografi lainnya serupa dengan yang dijumpai di darat. Dasar samudera tidak lebih tua dari 200 tahun – suatu bagian kulit bumi yang berusia „muda“ dibandingkan dengan kontinen yang mengandung batuan yang berusia hampir 20 kali lipat.

A.Cakupan Geologi Marin
Para peneliti geologi marin mengkompilasi data topografi atau bentuk dasar samudera, distribusi dan jenis sedimennya, komposisi dan struktur batuan dibawahnya, dan proses geologi yang telah bekerja selam sejarah dasar laut. Mempergunakan informasi tersebut, mereka menilai sumberdaya mineral dasar laut, memprediksi lokasi bencana alam, menginvestigasi proses geologi marin, dan, dalam istilah yang lebih estetik, menambah pemahaman ilmiah kita terhadap bumi
Dalam sedimentologi tidak hanya berkaitan dengan masalah dinamika angkutan sedimen di dalam aliran, tetapi juga masalah mineral sedimen.
Beberapa penelitian telah berhasil dilakukan dalam kaitannya dengan angkutan sedimen. Penelitian tersebut dilakukan terhadap pengukuran laju angkutan sedimen suspensi aliran sungai, , pendugaan laju erosi daerah aliran sungai, pendugaan laju sedimen reservoir bendungan, penentuan lokasi rembesan di dasar reservoir bendungan, penentuan lokasi buangan pada pengerukan sedimen di pelabuhan yang telah mengalami pendangkalan , penentuan lokasi buangan pada rencana pengerukan sedimen untuk pembangunan pelabuhan, dan juga pengambilan sampel sedimen dasar laut.
Ketentuan pelaksanaan dalam pengambilan sampel dasar laut dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
• Mengukur dan mencatat posisi pengambilan sampel dasar laut
• Mengamati sampel dasar laut (tekstur) dan penyebarannya di daerah survei.

B. Metode dan Peralatan Secara Umum
Hampir semua peralatan dan metode yang dipergunakan dalam studi dasar samudera ditemukan dan dikembangkan dalam paruh abad terakhir ini. Sehingga bisa dikatakan geologi marin adalah ilmu yang relatif muda dengan banyak hal yang masih belum tereksplorasi. Karena penelitian terhadap dasar laut secara langsung sangat sulit dan menghabiskan banyak waktu, hampir semua penelitian laut membutuhkan kapal dan instrumen oseanografi yang canggih.
Metode pengambilan sampel sedimen dasar laut yang tercepat dan termudah adalah coring.Coring adalah teknik yang digunakan untuk membawa sedimen dari dasar laut ke pemukaan untuk di analisis Coring dilakukan dari atas kapal dan menggunakan pipa metal panjang yang diberi beban diatasnya. Pipa tersebut dikaitkan pada kabel panjang yang multiguna dan bekerja sesuai prinsip “jatuh bebas” (sehingga disebut dengan gravity corer) ke dalam sedimen lunak (unconsolidated) di dasar laut. Data dari sampel core menyediakan banyak informasi tentang sejarah resen geologi bumi – sebagai contoh, perbandingan relatif saat erupsi volkanik dan periode glasiasi. Lapisan yang tidak teratur (highly disturbed) dapat mendokumentasi peristiwa katastropis longsoran bawahlaut yang ditimbulkan oleh gempabumi. Metode pengambilan sampel batuan dasarlaut lainnya adalah dredging dan grab sampling. Batuan dasar yang keras (hard bedrock) disampling dengan dredge yang diseret di sepanjang dasarlaut. Grab sampling dipergunakan untuk mengambil sampel permukaan secara cepat dan efektif.

1.Grab Sampling
Grab sampling adalah proses yang simpel dalam mengangkat sedimen permukaan dari dasar laut.Dalam Grab Sampling alat-alat yang digunakan adalah grab sampler dan core sampler.
Sampel sedimen yang diperoleh dibedakan jenisnya, kemudian diberlakukan sesuai hasil yang ingin dicapai.Misalnya, untuk mengetahui besar butir sedimen.
Untuk mengukur diameter kerakal dan kerikil bisa dilakukan secara langsung dengan alat Bantu vernier calipers. Pengukuran langsung ditujukan untuk mengetahui panjang, lebar, dan tebal setiap partikel. Masing-masing dimensi tersebut kemudian dijumlahkan untuk kemudian dibagi dengan bilangan 3 untuk mendapatkan diameter rata-rata setiap partikel.Cara pengukuran seperti itu dilakukan untuk setiap kelompok (dibuat 3-4 Kelompok) yang terdiri @100 partikel.
Untuk mendapatkan jenis-jenis partikel sediment yang lebih kecil, dapat dilakukan dengan cara ayakan bertingkat menggunakan mata ayakan (meshes) yang sesuai, sedangkan lamanya waktu mengayak bila menggunakan alat mekanis bias 10 menit atau lebih tergantung dari kondisi sedimen. Jumlah sedimen yang akan di ayak khususnya yang sebagian besar terdiri dari pasir diperlukan sekitar 100 gam. Bila melebihi 100 gram bias menyebabkan over loading sehingga bias berakibat timbulnya sumbatan sebagian atau seluruhnya dari lubang mesh. Oleh karena itu, ayakan perlu dicuci bersih lebih dulu sebelum melakukan pengayakan terhadap sampel baru.
Pengayakan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pengayakan cara basah (wet sieving) dan pengayakan cara kering (dry sieving).Pengayakan cara kering lebih disukai walaupun ada beberapa kendala. Cara ini lebih tepat untuk jenis sedimen yang tidak membentuk agregat atau yang sering disebut sebagai unconsolidated sediment atau sebagian peneliti ada pula yang menyebut sebagai noncohesive sediment, walaupun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan sedimen merupakan campuran antara gravel, pasir, dan partikel yang lebih halus.
Pengayakan cara basah yaitu partikel yang lebih halus (lanau atau lempung) sebanyak ±20 gram dimasukkan ke dalam gelas ukur volum 1000 ml, kemudian dituang aquades sebanyak 1 liter yang telah diberikan dispersant (33 gr sodium hexametafosfat dan 7 gr sodium karbonat). Partikel tersuspensi kemudian diaduk dengan pengaduk (stirrer) dimulai dari dasar gelas ukur ke arah atas sehingga seluruh partikel mengumpul membentuk tiang yang berputar-putar dan digunakan pengukur stopwatch. Pengambilan sampel suspensi menggunakan pipet dan kemudian dimasukkan ke dalam tabung Beaker da dikeringkan dalam oven berventikulasi pada suhu 100°C selama 24 jam, lalu didinginkan dalam sebuah desikator, terakhir penimbangan dengan batas ketelitian 0,001 gr.


1.Grab Sampler
Pengambilan contoh (sampel) sedimen dasar laut biasa dilakukan dengan alat yang dinamakan Grab sampler. Pengambilan dengan grab ini biasanya ditujukan untuk keperluan seperti analisa besar butir, analisa organisme bentos, dan analisa kimia sedimen terutama pada lapisan atas dari sedimen sampai beberapa cm kedalaman.Beberapa jenis diantaranya dan perkembangannya dari waktu ke waktu yaitu sebagai berikut :

a. Bottom Sediment Grab Sampler
Alat ini berguna untuk mengambil contoh (sampel) yang tepat dari sebuah konstruksi/bentuk sedimen dasar. Bagian dalam dari sampler (alat pengambil sampel sedimen dasar) harus masuk cukup dalam pada semua kedalaman sampel. Mekanisme tutupan yaitu sama sekali wajib tutup dan pegangan sampel mencegah sebaik mungkin pengeluaran selama pencarian. Demikian juga, selama sampler bagus harus berbentuk untuk mempekecil gangguan sedimen paling atas oleh tekanan gelombang sebagai sesuatu yang menurunkannya ke dasar.
Wilco® Ekman, Ponar dan Van Veen sampler bertemu untuk keperluan ini dan sampler yang istimewa untuk danau dan lambat bergerak dan melambai-lambai. BM-60 dan BM-54 adalah bentuk hidrodimika pada posisinya mempertahankan dalam perpindahan aliran sungai yang sangat cepat.

b. Benthic Sediment Bottom Sampler


  • Ekman Bottom Grab Sampler

Ekman Bottom Grab Sampler adalah bentuk dari pengambilan contoh (sampel) dalam dasar danau yang lunak dan sungai tersusun dari kotoran, lanau, dan tanah gemuk yang dipakai bahan bakar (peat) halus. Sebagai alat pengambil sampel sedimen yang ditenggelamkan, dua tutup atas di buka dengan putaran yang tinggi membiarkan air lewat dan tutup pada pencarian dengan mencegah sampel hanyut. Ketika alat pengambil sampel sedimen tersentuh dasar, sebuah kurir mengirim selama perjalanan turun sumber saling dilengkapi yang diisi dengan gayung. Setiap alat pengambil sampel sedimen adalah terdiri dari 316 baja tak berkarat yang memasukkan pegas, kabel, dan pengancing. Juga tersedia yaitu 5 ft dan 10 ft perpanjangan pegangan alat pengambil sampel sedimen eksplorasi pada air yang dangkal sebagai pengganti sebuah kabel dan kurir. Alat pengambil sampel juga tersedia seperti baru dimana memasukkan 300 gm kurir tak bernoda, kabel 100 ft dan membawa tempat (perintah terpisah).


  • Ponar Type Grab Sampler

Wildco Ponar Type Grab Sampler adalah alat pengambil sampel sedimen yang biasa dipakai karena sangat serba guna untuk semua tipe dari dasar yang keras seperti pasir, batu kerikil dan lumpur. Dapat juga digunakan dalam aliran, danau, kolam air, dan lautan. Modifikasi tipe Van Veen ini sendiri, perjalanan alat pengambil sampel sedimen memiliki keistimewaan pusat jepitan yang tinggi yang biasanya mencegah kehilangan sampel dari samping.Pada puncak adalah penutup air yang mengalir melalui selama pengendalian penenggelaman dan kurang gangguan dengan sampel. Alat ini dibuat dari baja yang tidak bekarat dengan lengan-lengan seng yang berlapis baja dan berat.
Alat pengambil sampel model Ponar terdapat dalam beberapa ukuran dengan model kecil (1/8” lapisan bersih) dengan mudah digunakan dari sebuah perahu kecil dengan kabel nilon. Model kaliber berat (1/4 ’’lapisan bersih) harus menggunakan sebuah pengukuran dalam air dengan gema suara (saunding reel).


  • Van Veen Grab Sampler

Van Veen Grab Sampler adalah sebuah alat pengambil sampel bentuk kecil yang mengambil sampel pada dasar lunak. Memiliki lengan-lengan pengangkat yang panjang dan potongan tepi jelas pada dasar dari gayung-gayung, memungkinkan alat untuk memotong mendalam menjadi dasar yang lunak. Van Veen Grab Sampler adalah mesin dalam dua ukuran dari baja tak berkarat. Jepitan berat, rangkaian suppension, dan pintu-pintu dan sekat membiarkan arus lewat selama penurunan (penggelaman) ke dasar dan pasti turunnya vertical dimana di dalam air yang kuat arus ada. Secara relative area permukaan yang besar dan mekanisme penutupan yang kuat memberikan potongan untuk menggali sedimen secara relative tidak terganggu. Ketik kabel listrik membuat tegang lambat, rangkaian dempet pada puncak, pelepasan menggunakan ketegangan besar pada lengan-lengan panjang memberikan melebihi potongan-potongan , sebab mereka untuk mengangkat, lobang sangat dalam dalam sedimen, dan perangkap material seperti mereka tutup rapat sekali. Baja tak berkarat, 583 mikron, sekat-sekat pintu mempunyai penutup puing yang lunak yang mana selama menurunkan adalah pengangkat. Ketika grab menetapkan dasar, penutup kembali dan tutup sekat sama sekali mencegah sedimen lolos selama pencaian.


  • Wash Stand

Wash stand ini adalah bentuk untuk penggunaan dengan Eckman, Ponar, Van Veen sampler yang mana dapat menjadi penyerang puncak dari jeriji palang yang berdiri yang pencucian sampel melalui 30 lubang Aplikasi teknik nuklir dalam sedimentologi telah berkembang melalui penelitian dengan menggunakan perunut dan sumber radioaktif serta pemakaian instrumen nuklir.


2.Core Sampler
Untuk mengetahui beberapa lapisan sedimen pada kedalaman beberapa meter biasanya digunakan alat Core Sampler berbentuk tabung yang diluncurkan dari atas kapal, kemudian dilakukan analisa atau diskripsi atas drill cuttings yang didapat.


  • Pengerukan (dredging)

Pada tahun 1963, National Science Foundation memulai penelitian berskala internasional yang menyelidiki dasar laut, disebut Deep Sea Drilling Project (DSDP). Dengan menggunakan teknologi khusus yang dikembangkan oleh industri perminyakan, kapal DSDP mengebor dan mengambil banyak core dari dasar samudera, beberapa dengan panjang hingga kilometer. Di tempat-tempat tertentu di dunia, beberapa batuan sedimen tertua pada dasar samudera mencatat sedimentasi yang terus-menerus selama lebih dari 180 juta tahun. Batuan tersebut umumnya disusun oleh kerangka plankton berukuran mikroskopis dan partikel berukuran lempung. Jika ingin mengetahui sejarah bumi dengan lebih baik, adalah penting untuk melihat sedimen di dasarlaut dimana rekaman pengendapannya lebih lengkap dibandingkan sedimen di lingkungan darat. Informasi tentang klimat masalampau bumi, pola arus samudera, dan variasi volkanisme di masa lampau dapat dijumpai pada batuan dasarlaut tersebut.Pipa core yang sangat panjang dari DSDP mampu mengambil kolom sedimen dan batuan secara utuh hingga panjang lebih 1 kilometer.

a. Kapal Keruk Sederhana

  • Bucket dredger

Bucket dredger adalah jenis tertua dari suatu kapal keruk. Biasanya dilengkapi dengan beberapa alat seperti timba / bucket yang bergerak secara simultan untuk mengangkat sedimen dari dasar air. Varian dari Bucket dredger ini adalah Bucket Wheel Dredger.
Beberapa Bucket dredger dan Grab dredger cukup kuat untuk mengeruk dan mengangkat karang agar dapat membuat alur pelayar

b.Kapal Keruk Modern

  • Kapal Keruk Berisi udara (Pneumatic Dredger)

Kapal Keruk atau dalam bahasa Inggris sering disebut dredger merupakan kapal yang memiliki peralatan khusus untuk melakukan pengerukan. Kapal ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan, baik dari suatu pelabuhan, alur pelayaran, ataupun industri lepas pantai, agar dapat bekerja sebagaimana halnya alat-alat levelling yang ada di darat seperti excavator dan Buldoser.

Ada beberapa jenis kapal keruk diantaranya adalah:

Sebuah TSHD membuang material dari hopper, jenis pembuangan ini disebut rainbowing, digunakan untuk melakukan reklamasi

  • Kapal keruk penghisap / Suction dredgers

Beroperasi dengan menghisap material melalui pipa panjang seperti vacuum cleaner. Jenis ini terdiri dari beberapa tipe.
a.Sebuah trailing suction hopper dredger atau TSHD
menyeret pipa penghisap ketika bekerja, dan mengisi material yang diisap tersebut ke satu atau beberapa penampung (hopper) di dalam kapal. Ketika penampung suda penuh, TSHD akan berlayar ke lokasi pembuangan dan membuang Trailing suction hopper dredgermaterial tersebut melalui pintu yang ada di bawah kapal atau dapat pula memompa material tersebut ke luar kapal. TSHD terbesar di dunia adalah milik perusahaan Belgia yaitu Jan De Nul TSHD. Vasco Da Gama (33.000 m3 penampung, 37,060 kW total tenaga yang ada) dan perusahaan BelandaBoskalis TSHD. W.D. Fairway (35.000 m3 penampung).Pengerukan Indonesia memiliki pula kapal keruk jenis ini seperti TSHD. Halmahera dan TSHD. Irian Jaya. Digunakan untuk melakukan maintenance dredging di pelabuhan-pelabuhan seluruh Indonesia.Cutter-suction dredger
b. Cutter-suction dredger
Di sebuah cutter-suction dredger atau CSD, tabung penghisap memiliki kepala pemotong di pintu masuk penghisap. Pemotong dapat pula digunakan untuk material keras seperti kerikil atau batu. Material yang dikeruk biasanya diisap oleh pompa pengisap sentrifugal dan dikeluarkan melalui pipa atau ke tongkang. CSD dengan pemotong yang lebih kuat telah dibangun beberapa tahun terakhir, digunakan untuk memotong batu tapi peledakan. CSD memiliki dua buah spud can di bagian belakang serta dua jangkar di bagian depan kiri dan kanan. Spud can berguna sebagai poros bergerak CSD, dua jangkar untuk menarik ke kiri dan kanan.
Dua CSD terbesar di dunia adalah CSD milik Dredging International CSD D'Artagnan (28.200 kW) dan Jan De Nul CSD J.F.J. DeNul (27.240 kW).
c. Auger suction dredger
Ini seperti pemotong kapal keruk penghisap, tetapi alat pemotong yaitu Archimedean screw yang berputar pada pipa penghisap.
d. Jet-lift dredger
Ini menggunakan venturi effect dari sebuah aliran air pekat berkecepatan tinggi untuk menarik air yang dekat, bersama-sama dengan material dasar, dalam sebuah pipa.
e. Air-lift dredger
Sebuah Airlift (alat pengerukan) adalah sebuah tipe kapal keruk penghisap yang kecil. Alat ini kadang-kadang digunakan seperti kapal keruk lainnya.. Pada waktu lain sering sebuah airlift digunakan handheld di dalam air oleh pengemudi. Alat ini berkerja serangan udara dalam pipa, dan tarikan ai dengan alat tersebut.
f. Grab dredger
Sebuah Grab dredger mengangkat material dasar laut dengan sebuah grab berbentuk kulit kerang (clamshell grab), dimana bergantung pada sebuah papan derek, atau dibawa oleh lengan hidraulik, atau mlut seperti atas sebuah dragline. Tehnik ini sring digunakan dalam penggalian Lumpur teluk (bay mud).


  •  Backhoe/dipper dredge

Backhoe/dipper dredger memiliki sebuah backhoe seperti excavator. Backhoe dredger dapat pula menggunakan excavator untuk darat, diletakkan di atas tongkang. Biasanya backhoe dredger ini memiliki tiga buah spudcan, yaitu tiang yang berguna sebagai pengganti jangkar agar kapal tidak bergerak, dan pada backhoe dredger yang high-tech, hanya memerlukan satu orang untuk mengoperasikannya.
Dua backhoe dredger terbesar di dunia adalah milik dari Bean L.L.C. yaitu TAURACAVOR dan milik dari Great Lakes Dredge & Dock Co. yaitu NEW YORK. Keduanya dilengkapi dengan Excavator Liebher


  •  Water injection dredger

Water injection dredger menembakkan air di dalam sebuah jet kecil bertekanan rendah (tekanan rendah karena material seharusnya tidak bertebaran kemanapun, karena harus secara hati-hati agar material dapat dipindah) ke sedimen di dasar air
agar air dapat mengikat sedimen sehingga melayang di air, selanjutnya di dorong oleh arus dan gaya berat keluar dari lokasi pengerukan. Biasanya digunakan untuk maintenance dredging di pelabuhan. Beberapa pihak menyatakan bahwa WID adalah bukan pengerukan sementara pihak lain menyatakan sebaliknya.
Hal ini terjadi karena pengukuran yang seksama harus dibuat untuk mengukur kedalaman air, sedangkan beberapa alat ukur untuk itu (seperti singlebeam echosounder) kesulitan untuk mendapat hasil yang akurat dan harus menggunakan alat ukur yang lebih mahal (multibeam echosounder) untuk mendapat hasil ukuran yang lebih baik.

Kamis, 03 Mei 2012


BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN METODE TALI PANJANG

Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut, seaweed atau atau agar-agar. Salah satu dari jenis rumput laut yang sudah dibudidayakan secara intensif adalah Eucheuma sp di wilayah perairan pantai.
Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan tambahan untuk industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan.
Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut Eucheuma sp sebagai bahan baku. Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting karena selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan bahan baku. Melihat peluang tersebut, pengembangan komoditas rumput laut memiliki prospek yang cerah karena memiliki nilai ekonomis yang penting dalam menunjang pembangunan perikanan baik kaitannya dengan peningkatan ekspor non migas, penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan konsumsi dalam negeri maupun meningkatkan pendapatan petani/nelayan serta memperluas lapangan kerja.
Budidaya rumput laut Eucheuma sp yang sudah biasa dilakukan oleh petani/nelayan adalah dengan menggunakan metode rakit apung (floating raft method) dan metode lepas dasar (off bottom method), metode ini sangat tepat diterapkan pada areal perairan antara interdal dan subtidal dimana pada saat air surut terendah dasar perairan masih terendam air serta lebih banyak memanfaatkan perairan yang relatif dangkal. Oleh karena itu untuk melakukan pengembangan budidaya rumput laut tersebut sangat terbatas apalagi beberapa lokasi perairan pantai di Indonesia pada waktu surut terendah dasar perairannya kering. Dengan demikian perlu adanya metode lain yang bisa memanfaatkan perairan-perairan yang relatif dalam yang selama ini kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnya mempunyai potensi lebih besar apabila dimanfaatkan secara optimal.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai teknik budidaya rumput laut Eucheuma sp di perairan pantai dengan metode tali panjang (longline method) yang dapat diterapkan diperairan yang relatif dalam maupun perairan dangkal yang mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu dibanding-kan dengan metode lain.

Persyaratan lokasi dan lahan
Lahan budidaya Eucheuma sp yang cocok terutama sangat ditentukan oleh kondisi ekologis yang meliputi kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi. Adapun persyaratan lahan budidaya Eucheuma sp adalah :
* Lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung ombak yang kuat.
* Lokasi budidaya harus mempunyai gerakan air yang cukup. Kecepatan arus yang

cukup untuk budidaya Eucheuma sp 20 &#8211; 40 cm/detik.
* Dasar perairan budidaya Eucheuma sp adalah dasar perairan karang berpasir.
* Pada surut terendah lahan budidaya masih terendam air minimal 30 cm.
* Kejernihan air tidak kurang dari 5 m dengan jarak pandang secara horisontal.
* Suhu air berkisar 27 - 33 oC dengan fluktuasi harian maksimal 4oC.
* Salinitas (kadar garam) perairan antara 28- 34 permil (optimum sekitar 33 permil).
* pH air antara 7 -9 dengan kisaran optimum 7,3 -8,2
* Lokasi dan lahan sebaiknya jauh dari pengaruh sungai dan bebas dari pencemaran.
* Sebaiknya dipilih perairan yang secara alami ditumbuhi berbagai jenis makro algae lain
Bibit
* Bibit harus dipilih dari thallus yang muda, segar, keras, tidak layu dan kenyal.
* Berat bibit pada awal penanaman + 100 gram per ikat.
* Bibit sebaiknya disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari
  atau direndam di laut dengan menggunakan kantong jaring.

Metode tali panjang
Metode tali panjang (long line method) pada prinsipnya hampir sama dengan metode rakit tetapi tidak menggunakan bambu sebagai rakit, tetapi menggunakan tali plastik dan botol aqua bekas sebagai pelampungnya. Metode ini dimasyarakatkan karena selain lebih ekonomis juga bisa diterapkan di perairan yang agak dalam. Keuntungan metode ini antara lain:
* tanaman cukup menerima sinar matahari;
* tanaman lebih tahan terhadap perubahan kualitas air;
* terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan;
* pertumbuhannya lebih cepat;
* cara kerjanya lebih mudah;
* biayanya lebih murah;
* kualitas rumput laut yang dihasilkan baik.

Saat ini para petani/nelayan di perairan Karimunjawa umumnya mengem-bangkan usaha budidaya rumput laut Eucheuma sp dengan metode tali panjang, dan tentunya metode ini dapat diterapkan dan dikembangkan oleh petani/nelayan di wilayah lain di Indonesia. Persiapan pembuatan kontruksinya yang meliputi persiapan lahan dan peralatan sebagai berikut :

a. Material
* Tali plastik diameter 9 mm (sebagai tali utama dan tali jangkar).
* Tali plastik diameter 4 mm (sebagai tali ris tempat untuk mengikatkan bibit).
* Tali rafia (sebagai pengikat bibit).
* Bibit rumput laut (jenis Eucheuma sp ).
* Botol plastik bekas/gabus (sebagai pelampung).
* Patok bambu/kayu atau batu karang (sebagai jangkar).
* Pisau.
* Perahu.

b. Prosedur
* Ukuran unit yang dipakai biasanya 50 x 50 m2.
* Siapkan material budidaya seperti yang tersebut pada butir a.
* Potong tali ris sepanjang 50-55m.
* Potong tali utama 2 buah (panjang sesuai kondisi).
* Potong tali jangkar yang panjangnya disesuaikan dengan kedalaman perairan pada
   waktu pasang tertinggi sebanyak 4 buah.
* Rentangkan kedua tali utama pada lokasi perairan yang telah dipilih dengan posisi saling berhadapan dengan jarak 50 m dan ikatkan tali jangkar pada kedua ujungnya yang sebelumnya dibebani batu karang atau diikatkan pada patok bambu/kayu yang ditancapkan sebelumnya kemudian disudut-sudutnya dipasang pelampung.
 * Ikat tali ris diantara 2 tali utama#Jarak antara tali ris 2-3m.
* Kemudian pasang tali rafia pada tali ris untuk mengikatkan bibit
* Jarak tiap ikat bibit yang diikatkan pada tali ris sekitar 25 cm kemudian setelah semua tali ris terisi oleh bibit maka segera diangkut menuju lokasi budidaya dengan perahu.
* Ikat bibit yang telah diseleksi dengan tali rafia dengan berat masing-masing sekitar 100 gram/ikat kemudian bibit tersebut diikatkan pada tali ris.
* Pengikatan tali ris pada tali utama disesuaikan sehingga jarak tanaman dari permukaan air sekitar 30 sampai 50 cm.
* Setelah tali ris diikat semua maka ikatkan pelampung botol plastik bekas pada tali ris, masing-masing ris sebanyak 10 buah dengan jarak sekitar 3 m.

Perawatan
Dalam usaha budidaya rumput laut, perawatan tanaman adalah sangat penting. Kegiatan perawatan meliputi hal hal sebagai berikut:
* membersihkan tanaman dari kotoran yang melekat, endapan atau tumbuhan lain yang menempel;
* mengganti tanaman yang rusak dengan tanaman yang baru atau tanaman yang pertumbuhannya baik;
* memperbaiki konstruksi yang rusak seperti jangkar tercabut, atau tali-tali lepas atau putus.

Panen

Tanaman sudah dapat dipanen dengan cara panen total (full harvest) setelah berumur 45 -60 hari sejak ditanam. Panen dilakukan dengan cara mengangkat seluruh tanaman, sedangkan pelepasan tanaman dari tali ris dilakukan di darat. Penanaman kembali dilakukan dengan memilih bagian ujung tanaman yang masih muda dan bagian pangkal tanaman yang merupakan bagian yang tua dikeringkan karena memiliki kandungan karaginan yang tinggi.

Pasca panen/ pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara menggunakan alat pengering (oven) atau secara alami dengan menjemur dengan sinar matahari. Yang murah dan praktis adalah dengan cara dijemur dengan sinar matahari selama 2 -3 hari, tergantung kondisi panas matahari. Dalam penjemuran ini harus menggunakan alas, seperti para-para, terpal plastik dan lain-lain untuk menghindari tercampurnya rumput laut hasil panen dengan kotoran seperti pasir atau kerikil dan lain-lain. Setelah kering dan bersih dari segala macam kotoran maka rumput laut dimasukkan kedalam karung plastik untuk kemudian siap dijual atau disimpan di gudang. Pada waktu penyimpanan hindari kontaminasi dengan minyak atau air tawar. Proses penjemuran dan penyimpanan sangat perlu mendapat perhatian, karena meskipun hasil panennya baik akan tetapi bila penanganan pasca panennya kurang baik maka akan mengurangi kualitas rumput laut.
Untuk melihat gambar proses pengeringan dan penyimpanan dapat dilihat pada gambar 7 sedang gambar 8 menampilkan beberapa gambar makanan hasil olahan rumput laut.