Dari panjang transek 400 m, setiap 50 m diletakan plot (frame ukuran 1x1 m) intuk pulau Pramuka yang mempunyai jarak surut sampai kurang lebih 500 m.Untuk Pulau Panjang besar dengan jarak surut terendah kurang lebih 50 m, diambil satu buah plot ukuran 1 x 1 m dan pada jarak surut lebih dari 200 m diambil 3 buah plot ukuran sama. Pulau kalilage kecil yang mempunyai lebar surut terendah bervariasi antara 25 s.d 200 meter dibuat 4 buah plot saja.
Pembuatan transek dan petak pengambilan contoh lamun dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Plot dan Petak Pengambilan Contoh Lamun
Untuk menghitung biomassa setiap jenis lamun, digunakan rumus sebagai berikut :
METODE OBSERVASI :.
1. Faktor Abiotik Padang Lamun Faktor abiotik yang di inventarisir adalah tipe substrat, ukuran butiran pasir,pengelompokan dan penamaan butiran pasir. Contoh substrat yang diukur, diambil kurang lebih 1/2 kg dari masing-masing plot ukuran 1m². Contoh substrat tersebut dikeringkan terlebih dahulu dan kemudian iayak dengan ayakan yang beriameter 4;2;1;0,5 dan 0,25 mm. Hasil ayakan ditimbang dengan timbangan elektrik merk Nagata tipe LCS-3000. Butiran substrat ddikelompokan sebagai liat jika berdiameter < 0,25 mm, debu jika berdiameter 0,25 mm s.d 2 mm dan pasir jika berdiameter >2 mm. 2. Pemetaan Sebaran Jenis Lamun Sebagai bahan peta kerja dilapangan, digunakan Peta Laut Kepulauan Seribu nomor 415 dan 416 skala 1 : 20.000 yang dikeluarkan oleh DISHIDROS Angkatan Laut tahun 2004 dan Peta Bentuk Lahan Kepulauan Seribu Hasil Survei Lapangan Bakosurtanal tahun 1999 skala 1:20.000. Peta tersebut mencakup lokasi inventarisasi padang lamun yaitu Pulau Pramuka, Pulau Panjang besar, Pulau Kaliage kecil. Lokasi-lokasi tersebut dipilih sebagai tempat inventarisasi karena diduga ditumbuhi lamun yang mempunyai karakteristik yang berbeda. Observasi untuk pengambilan data sebaran dan jenis lamun dan luas penutupannya serta karakteristik habitat padang lamun dilakukan dengan berjalan kaki pada waktu air laut surut mengikuti garis transek yang tegak lurus pantai, dinilai lebih akurat,cepat dan mudah dibandingkan dengan laut ketika pasang. Jarak pandang waktu surut lebih luas dan lebih cepat dapat menentukan jenis lamun yang tumbuh, jens substrat dan gambaran persentase tutupan lamun. Alat yang dipergunakan untuk observasi adalah alat tulis menulis berupa pinsil,penggaris ,hardboard,GPS merk Garmin dan Coral Boot.
Persentase tutupan lamun ditentukan secara
relatif dalam plot ukuran 30 x 30 m laut. Ukuran petak didasarkan pada
luasan kelompok rumpun lamun yang penyebaranya tidak merata dengan
kisaran luasan kelompok rumpun lamun antara 10-30m². Dari petak luasan
tersebut secara relatif dapat ditentuka berapa persen yang berupa pasir
dan berapa persen yang berupa karang baik hidup atau mati, yang
dilakukan dengan mata telanjang.Pengamatan dilakukan dalam garis transek
sejauh 400 m untuk garis yan tegak lurus pantai dan sejauh 200 m untuk
garis yang sejajar pantai. Jarak antar transek ditentukan dengan posisi
GPS.
Untuk dapat menggambarkan peta sebaran lamun, persen tutupan dari tiap=tiap petak contoh dijumlahkan kemudian diambil rata-rata sesuai banyaknya peta contoh, maka akan didapat angka rata-rata penutupan persen. Untuk mengetahui perkiraan luasan tutupan vegetasi lamun,angka rata-rata tutupan dalam persen dikalikan dengan luas rataan pasir sebagai habitat tempat tumbuh lamun.
3. Struktur Komunitas Padang Lamun
Pengumpulan data kerapatanm dan biomassa lamun di pulau pramuka, pulau panjang dan P kaliage kecil dilakukan masing masing pada dua lokasi seperti pada gambar 1. Zonasi sebaran lamun dibuat dalam satu transek tegak lurus pantai. Spanjang transek dicatat jenisnya, penutupan dan karakteristik tipe substratnya
.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar