ALAT TANGKAP
Menurut
Panduan Kegiatan Terbaik mengenai Standar Inti bagi Pengumpulan, Penangkapan
dan Penyimpanan Ikan tahun 2001, pengelolaan perikanan adalah suatu proses
terpadu yang mencakup setiap aspek penangkapan ikan. Proses tersebut meliput
kegiatan yang berawal dari pengumpulan dan analisis informasi, perencanaan,
pengambilan keputusan,pemanfaatan sumberdaya, dan perumusan tindakan penegakan
peraturan di bidang pengelolaan perikanan. Tindakan penegakan ini dilaksanakan
oleh pihak yang berwenang sehingga dapat mengendalikan perilaku pihak yang
berkepentingan. Hal ini ditujukan bagi terjaminnya kelangsungan produktivitas
perikanan dan kesejahteraan sumberdaya alam hayati di wilayah pesisir dan laut.
Pemerintah
Indonesia bertanggungjawab menetapkan pengelolaan sumberdaya alam Indonesia
bagi kepentingan seluruh masyarakat, dengan memperhatikan kelestarian dan
keberlanjutan sumberdaya tersebut. Hal ini juga berlaku bagi sumberdaya
perikanan, seperti ikan, lobster dan udang, teripang, dan kerang-kerangan
seperti kima, dan kerang mutiara. Sumberdaya ini secara umum disebut atau
termasuk dalam kategori dapat pulih. Namun, kemampuan alam untuk memperbaharui
ini bersifat terbatas. Jika manusia mengeksploitasi sumberdaya melelebihi batas
kemampuannya untuk melakukan pemulihan, sumberdaya akan mengalami penurunan,
terkuras dan bahkan menyebabkan kepunahan. Penangkapan berlebih atau
‘over-fishing’ sudah menjadi kenyataan pada berbagai perikanan tangkap di dunia
– Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperkirakan 75% dari perikanan
laut dunia sudah tereksploitasi penuh, mengalami tangkap lebih atau stok yang
tersisa bahkan sudah terkuras – hanya 25% dari sumberdaya masih berada pada
kondisi tangkap kurang (FAO, 2002). Total produksi perikanan tangkap dunia pada
tahun 2000 ternyata 5% lebih rendah dibanding puncak produksi pada tahun 1995
(tidak termasuk Cina, karena unsur ketidak-pastian dalam statistik perikanan
mereka). Sekali terjadi sumberdaya sudah 3 menipis, maka stok ikan membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk pulih kembali, walaupun telah dilakukan penghentian
penangkapan. Masalah ini bahkan sudah menjadi pesan SEKJEN – PBB pada Hari
Lingkungan Hidup sedunia tanggal 5 Juni 2004.
ALAT TANGKAP RUMPON
Rumpon
merupakan salah satu alat penangkapan yang banyak digunakan oleh nelayan di
Jawa Barat. Istilah lain rumpon dikenal dengan nama FAD (Fish Agregation
Device) sedangkan fungsi dari rumpon ini untuk memikat ikan agar berkumpul di
satu daerah penangkapan.
Penggunaan rumpon tradisional di
Indonesia banyak ditemukan di daerah Mamuju (Sulawesi Setatan) dan Jawa Timur.
Menurut Monintja (1993) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980,
sedangkan Negara yang sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang,
Philipina, Srilanka, Papua Nugini dan Australia.
Konstruksi
berbagai jenis rumpon yang terdapat di perairan Indonesia dapat dilihat pada
gambar berikut, antara lain:
Agar
kepemilikkan rumpon tidak tertukar atau hilang, maka diberi tanda, misalnya
dengan bendera, pelampung, cermin atau tanda lain sesuai keinginan pemiliknya.
Gambar berikut memperlihatkan contoh jenis -jenis tanda yang dipasang dirumpon.
Penelitian tentang rumpon terus dilakukan oleh peneliti-peneliti kita. Pada tahun 1999 Arsyad telah melakukan penelitian atraktor rumpon, dia telah mengganti daun kelapa dengan daun lontar dengan asumsi daun lontar jauh lebih tahan dari daun kelapa dan hasilnya sangat berbeda nyata. Rumpon dari daun lontar memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak.
Berbagai
jenis alat tangkap mulai dari yang tradisional sampai alat tangkap modern telah
memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu. Jenis-jenis alat tangkap berupa bagan
tancap di Perairan Sulawesi Selatan menggunakan lampu strong, kin (pressure
lamp) sebagai sumber cahaya. Begitu pula alat tangkap purse seine yang
beroperasi pada malam hari tersebar luas di Perairan Indonesia merupakan alat
tangkap yang memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu (gambar 3.4), sedangkan
bagaimana cara kerja pressure lamp dapat di lihat pada gambar 3.5.
Begitu pula bagan raksasa yang, sifat
mobilenya menggunakan lampu mercury sebagai alat bantu. Di Rusia kita kenal
perikanan Kilka, sedangkan di Philipina dikenal perikanan basnig dan di Jepang
dikenal dengan perikanan Sanno (pacific saucy) semuanya menggunakan alat bantu
cahaya.
Dengan demikian, cahaya telah memberikan andil yang besar datam pemanfaatan sumber daya perikanan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknotogi diharapkan dapat membantu pengembangan light fishing ke arah yang lebih maju lagi.
SERO
“Sero”
itulah nama alat tangkap ikan yang banyak di jumpai dipinggir laut Kendari.
Sero terbuat dari jaring nelayan, bambu, dan kayu. Sero biasanya dipasang di
laut pada kedalaman antara 2 smpai 3 meter. Sero dipasang dengan system tancap.
Setia pagi pemilik sero melakukan panen ikan.
Karena
sistem kerjanya ditancap yang membentang antara 30 sampai 50 meter dalam bentuk
anak panah atau busur.
Pada
ujung busur disediakan ruang untuk menampung ikan. Ukurannya kurang diameter
150cm. Pada pintu masuk ruang ini dibentuk sedemikian rupa sehingga ikan hanya
bisa masuk tapi tidak bisa keluar. System kerjanya persis seperti bubu.
Bubu Dasar
Bubu
dasar dapat terbuat dari anyaman bambu (bamboo netting), anyaman rotan (rattan
netting) dan anyaman kawat (wire netting) dengan derican berbagai macam bentuk
(Gambar 4.9). Dalam pengoperasiannya dapat memakai umpan atau tanpa umpan.
JALA LEMPAR
Jala lempar merupakan alat tangkap yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pembuatan. Bahannya terbuat dari nilon multifilamen atau dari monofilamen, diameternya berkisar 3 – 5 m. Bagian kaki jaring diberikan pemberat terbuat dari timah.
Jala
lempar dioperasikan menggunakan tenaga manusia, cara melemparnya menggunakan
teknik-teknik tertentu (Gambar 4.23). Alat ini banyak dioperasikan di perairan
seperti ; sungai, waduk dan danau serta perairan pantai berkedalaman berkisar
0,5 – 10 m. Jenis ikan yang umum ditangkap adalah jenis ikan yang bermigrasi ke
daerah pantai seperti ; ikan belanak, julung-julung, udang dan lain-lain.
PUKAT SOTONG
Di
Malaysia alat tangkap ini khususnya digunakan untuk menangkap Cumi-cumi dengan
menggunakan cahaya sebagai alat bantu dan kapal fiberglass berukuran panjang
15,9 m dan lebar 3,6 m.
Alat
ini dilengkapi dengan lampu dan jaring, menggunakan bingkai lampu yang
panjangnya 4,6 m dan bingkai jaring 11,6 m berdiameter 10,2 cm. Lampu yang
digunakan sebanyak 12 buah berkekuatan 500 watt/buah untuk menjangkau jarak 50
m di sekeliling kapal. Jaringnya terbuat dari nylon berbentuk segi empat. Kaki
jaring berukuran 9,84 x 6,77 m, ukuran mata jaring 2,4 cm. Bagian mulut jaring
dipasang cincin berdiameter 2,4 cm, jarak tiap cincin 0,76 m ditambahkan
pemberat yang terbuat dari timah (Gambar4.21).
Operasi
penangkapan dilakukan malam hari saat bulan gelap. Setelah menentukan lokasi
(fishing ground) Lampu dinyalakan pada setiap sisi kapal, apabila kumpulan
Cumi-cumi terlihat berkumpul disekitar kapal, lampu dipadamkan pada salah satu
sisi kapal sehingga kumpulan Cumi-cumi akan terkonsentrasi di sisi kapal yang
lebih terang dimana telah dipasang jaring (Gambar 4.22).
COVERING NET
Salah
satu jenis alat tangkap dengan cara menutup ikan dari atas ialah Covering Net.
Bentuk dari alat tangkap ini hampir sama dengan Cash Net (jala lempar) yang
umum digunakan pada daerah-daerah yang dangkal seperti pada tambak udang dan
ikan. Namun ada juga yang sudah modern seperti Pukat Sotong yang digunakan
untuk menangkap Cumi-cumi yang banyak dikembangkan diperairanMalaysia.
PANCING TONDA (Troling Line)
Pancing
Tonda (Troling Line) adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik olah
perahu atau kapal. Pancing diberi umpan ikan segar atau umpan palsu. Karena
adanya tarikan maka umpan akan bergerak di dalam air sehingga dapat merangsang
ikan buas untuk menyambarnya.
Dipasaran terdapat banyak variasi dari Pancing Tonda, terutama untuk pada penggemar sport fishing. Biasanya untuk keperluan komersial hanya bagian desainnya saja yang banyak variasinya. Desain umum dan beberapa variasi dari Pancing Tonda ini dapat dilihat pada gambar 4.19 dan gambar 4.20.
Dipasaran terdapat banyak variasi dari Pancing Tonda, terutama untuk pada penggemar sport fishing. Biasanya untuk keperluan komersial hanya bagian desainnya saja yang banyak variasinya. Desain umum dan beberapa variasi dari Pancing Tonda ini dapat dilihat pada gambar 4.19 dan gambar 4.20.
Pengoperasian
Pancing Tonda memerlukan perahu/kapal yang selalu bergerak di depan gerombolan
ikan yang akan ditangkap. Biasanya pancing ditarik dengan kecepatan 2 – 6 knot
tergantung dari jenisnya (Tabel4.3).
Rawai (Long Line)
Rawai
(Long Line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung, dimana pada
tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan
berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang
berumpan.
Rawai
yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu
disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line atau Set Long Line digunakan untuk
menangkap ikan-ikan demersal (Gambar 4.18). Ada juga Rawai yang hanyut biasa
disebut Dript Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis.
Bahan
tali pancing dapat terbuat dari bahan monofilament (PA) atau multifilament (PES
seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti nylon). Beberapa
perbedaan dari ke dua jenis bahan tersebut dilihat dari segi teknis diantaranya
Bahan
multifilament lebih berat dan mahal, mudah dalam perakitannya dan lebih sesuai
untuk kapal-kapal kecil;
Bahan
multifilament lebih tahan dan mudah ditangani, sehingga dalam jangka panjang
harganya relatif lebih rendah; Monofilament lebih kecil, halus dan transparan,
sehingga dalam pemakaiannya akan memberikan hasil tangkapan yang lebih baik.
Pelepasan
pancing (setting) dilakukan menurut garis yang menyerong,, atau tegak lurus
pada arus. Waktu pelepasan tergantung jumlah basket yang akan dipasang,
diharapkan pada dini hari sehingga settingan selesai pada pagi hari dimana saat
ikan sedang giatnya mencari mangsa.
Umpan
yang umum dipakai adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat, tidak cepat
busuk Berta mempunyai rangka yang kuat tidak mudah lepas pada saat disambar
ikan.
HAND LINES
Alat tangkap pancing Hand Lines merupakan alat pancing yang sangat sederhana, terdiri dari pancing, tali pancing dan umpan. Jumlah mata pancingnya satu buah bahkan lebih, bisa menggunakan umpan asli maupun buatan. Namun ukuran pancing dan besarnya tali pancing disesuaikan dengan besarnya ikan yang akan ditangkap, seperti untuk menangkap Ikan Tuna menggunakan tali monofiloment dengan diameter 1,5 – 2,5 mm dengan pancing nomor 5 – 1 dan ditambahkan timah sebagai pemberat.
SURFACE TRAWL (Jaring yang dioperasikan
di permukaan air)
Jaring
ditarik dekat permukaan air (Surface Water) yang bertujuan untuk menarik ikan
dipermukaan air. Ada beberapa kendala dalam pengoperasiannya, kecepatan menarik
jaring harus lebih cepat dari kecepatan ikan berenang, oleh karena itu jenis
Trawl ini sebaiknya digunakan untuk menangkap jenis ikan yang lambat
berenangnya.
Pukat Udang (Shrimp Trawl)
Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong
dengan sasaran tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan
pembuka mulut jaring (otter
board) dan Turtle Excluder Device/TED, tujuan utamanya untuk menangkap udang dan ikan
dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya
boleh ditarik oleh satu kapal motor.
Pukat Ikan (Fish Net)
Pukat Ikan atau Fish Net adalah jenis penangkap ikan
berbentuk kantong bersayap yang dalam operasinya dilengkapi (2 buah) papan
pembuka mulut (otter
board), tujuan utamanya untuk menangkap ikan
perairan pertengahan (mid
water) dan ikan perairan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya ditarik melayang di
atas dasar hanya oleh 1 (satu) buah kapal bermotor.
Pukat Kantong (Seine Net)
Pukat
Kantong adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring
& terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap
pukat kantong (seine net) lebih panjang dari pada bagian sayap pukat tarik
(trawl). Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan
pelagis, dan demersal. Pukat Kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat
Pantai.
Jaring Insang (Gillnet)
Jaring
insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi
panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi
dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali
ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat bawah
(srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat. Tinggi jaring
insang permukaan 5-15 meter & bentuk gill net empat persegi panjang atau
trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5-10 meter dan bentuk gill
net empat persegi panjang serta tinggi jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk
gill net empat persegi panjang atau trapesium. Bentuk gill net tergantung dari
panjang tali ris atas dan bawah.
Jaring Angkat (Lift Net)
Jaring
angkat adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang
atau bujur sangkar yang direntangkn atau dibentangkan dengan menggunakn
kerangka dari batang kayu atau bambu (bingkai kantong jaring) sehingga jaring
angkat membentuk kantong.
Pancing (Hook and Lines)
Pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari
sejumlah utas tali dan sejumlah pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau
tanpa umpan, baik umpan alami ataupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang
termasuk dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (long line) dan pancing.
Perangkap (Traps)
Perangkap
adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu,
kayu dan besi, yangg dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara
portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu tertentu. Umumnya ikan
demersal terperangkap atau tertangkap secara alami tanpa cara penangkapan
khusus.
Alat Pengumpul Rumput Laut (Sea
Weed Colector)
Alat
pengumpul rumput laut adalah alat yg digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan
rumput laut, terdiri dari pisau, sabit dan alat penggaruk. Pengumpulannya
dilakukan dengan menggunakan tangan dan pisau atau sabit sebagai alat pemotong
dan alat penggaruk sebagai alat pengumpul rumput laut. Hasil potongan rumput
laut dimasukkan ke dalam keranjang.
Muroami
Muroami adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong
yg terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yg panjang, badan
dan kantong jaring (codend). Pemasangannya dng cara menenggelamkan muroami yang
dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap serta di
sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jaring dipasang pelampung bertali
panjang. Untuk menarik jaring ke arah belakang, menggunakan sejumlah
perahu/kapal yg diikatkan pd bagian badan dajn kantong jaring. Muroami dipasang
di daerah perairan karang untuk menangkap ikan-ikan karang.
PURSE SEINE
Alat tangkap Purse Seine dikenal juga sebagai Pukat
Cincin atau Pukat Lingkar. Alat tangkap ini berbentuk persegi panjang dengan
pelampung (Floats) di bagian atas dan pemberat (Sinkers) serta cincin besi (Rings)
di bagian bawah. Pada saat dioperasikan, kapal yang membawa alat tangkap ini
melingkari sekawanan ikan yang telah dikumpulkan dengan pemikat rumpon dan
lampu berkekuatan tinggi. Setelah lingkaran terbentuk sempurna maka tali kolor
(Purse Line) yang terdapat di bagian bawah akan ditarik melewati
cincin-cincin besi yang bergelantungan di bagian bawah jaring sehingga alat
tangkap ini akan mengerucut dan berbentuk seperti mangkok dengan segerombolan
ikan yang terkurung di dalamnya. Selanjutnya seluruh jaring akan ditarik ke
sisi kapal dan ikan yang tertangkap akan terkumpul di bagian kantong jaring
secara otomatis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar