Bottom Gill Net
Gill net adalah salah satu alat penangkapan ikan yang sering
diterjemahkan dengan istilah “jaring
insang”, “jaring rahang”, dan lain sebagainya. Istilah “gill net” didasarkan
pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gilled-terjerat” pada sekitar
operculum nya pada mata jaring. Sedangkan “gill net dasar” atau “bottom gill
net” adalah jaring insang, jaring rahang yang cara operasinya ataupun kedudukan
jaring pada fishing ground direntangkan pada dasar laut, yang demikian berarti
jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom
fish) ataupun ikan-ikan damersal, dengan bahan jaring terbuat dari multi fibre.
Dalam
bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan
pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa
ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-ami”. Di Indonesia
penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkan nya berdasarkan
jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dsb nya), ada pula yang
disertai dengan nama tempat (jaring udang Bayeman), dan lain sebagainya.
Tertangkapnya ikan ikan-ikan dengan gill net ialah dengan cara bahwa ikan-ikan
tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit (entangled)
pada tubuh jaring.
Prospektif gill net dasar atau bottom gill net di Indonesia
sangat baik, hal ini dikarenakan secara kuantitatif, jumlahnya cukup besar di
Indonesia. Hal-hal yang mempengaruhi besarnya bottom gill net secara kuantitatif
di Indonesia antara lain bahan dasar (material) pembuatan bottom gill net mudah
diperoleh, proses
pembuatan bottom gill net mudah, harganya relatif murah, fishing
method dari bottom gill net mudah dan biaya relatif murah sehingga dapat
dimilliki oleh siapa saja.
Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah
jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama. Ukurannya
pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan
panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring.
Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan
pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan peemberat (sinker). Dengan
menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang
bergerak menuju keatas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat
jaring didalam air yang bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terentang.
Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, yang dengan
demikian letak jaring akan telah tertentu. Karena jaring ini direntang pada
dasar laut, maka dinamakan bottom gill net, yang demikian berarti jenis-jenis
ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish)
ataupun ikan-ikan damersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float
berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring,
tetapi tidaklah dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring itu
sendiri.
Karakteristik dari gill net antara lain set bottom gill net
direntang pada dasar laut, sehingga yang menjadi tujuan penangkapan adalah
ikan-ikan damersal., bottom gill net berbentuk empat persegi panjang yang
dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas dan ris bawah serta dilengkapi
dengan jangkar, besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap
baik udang maupun ikan dan jaring gill net direntangkan pada float berbendera
yang diletakkan pada kedua belah pihak ujung jaring tetapi tidak dapat
diketahui keadaan baik buruknya rentangan itu sendiri.
Pengenalan bahan jaring sintetis dengan mutu yang tinggi
telah merangsang perkembangan pemakaian alat ini. Hal ini disebabkan efisiensi
penangkapan yang jauh lebih baik yakni 2-13 kali lebih tinggi pada PA
monofillament yang transparant (jernih) dibanding dengan bahan serat alami
(kapas, rami, rami halus).
Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan
rendahnya daya rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ lateral line
sebelum ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill net harus disesuaikan
dengan kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine.
Bahan dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil
mungkin dalam air, terutama sekali untuk penangkapan di siang hari pada air
jernih. Serat jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi
daya penginderaan dengan organ side line. Serat jaring yang lebih tipis juga
kurang terlihat. Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan
yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan diri. Lebih lanjut
diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang
terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas
kapal tetapi tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang
daya mulurnya tinggi untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena
ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran mata jaring.
Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak
boleh dipengaruhi air.
PA continous filament adalah bahan yang paling lunak dari
semua bahan sintetis dalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami
adalah jauh lebih terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan
kecoklatan merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada
perikanan komersial.
Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran,
ukuran mata jaring, jenis ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll tidak
mungkin memberi rekomendasi yang menyeluruh untuk seleksi bahan jaring. Semua
nilai R tex adalah nominal dan berkenaan dengan netting yarn yang belum diselup
dan belum diolah.
Warna jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari
webbing. Warna float, ropes, sinkers dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa
bagian terbesar dari gill net adalah webbing. Pada synthetic fibres, net
preservation dalam bentuk pencelupan telah tidak diperlukan, kemudian pula
warna dari twine dapat dibuat sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan
mengusahakan warna jaring untuk memperbesar fishing ability ataupun catch akan
dapat lebih diusahakan. Dengan perkataan lain, warna jaring yang sesuai untuk
tujuan menangkap jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan dapat diusahakan. Warna
jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor depth dari perairan,
transparancy, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, dan pula
sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat “terlihat” oleh ikan –ikan yang
berbeda-beda. Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah dengan
cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini barulah akan terjadi jika ikan
tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka hendaklah diusahakan bahwa efek
jaring sebagai penghadang, sekecil mungkin.
Karena jaring ini direntang pada dasar laut, yang demikian
berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar
(bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Jenis-jenis ikan seperti cucut, tuna,
yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga tak mungkin terjerat pada mata
jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai tubuh gepeng lebar,
yang bentuk tubuhnya sukar terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini
akan tertangkap dengan cara terbelit-belit (entangled). Jenis ikan yang
tertangkap berbagai jenis, misalnya herring, cod, halibut, mackerel, yellow
tail, sea bream, tongkol, cakalang, kwe, layar, selar, dan lain sebagainya.
Jenis-jenis udang, lobster juga menjadi tujuan penangkapan jaring ini.
Pada umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah
penangkapan adalah daerah pantai, teluk, dan muara-muara yang mengakibatkan
pula jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis.
Alat bantu penangkapan merupakan faktor penting untuk
mengumpulkan ikan pada suatu tempat yang kemudian dilakukan operasi
penangkapan. Alat bantu yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan dengan
menggunakan bottom gill net adalah :
Lampu, kegunaan lampu untuk alat penangkapan adalah untuk
mengumpulkan kawanan ikan kemudian melakukan operasi penangkapan dengan
menggunakan gill net. Jenis-jenis lampu yang digunakan bermacam-macam antara
lain ancor / obor, lampu petromak / starmking atau lampu listrk ( penggunaannya masih
terbetas ). Faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan lampu adalah
kekuatan cahaya lampu yang digunakan, selain itu juga ada beberapa faktor lain
:
Kecerahan, jika
kecerahan kecil, berarti banyak partikel-partikel dalam air maka pembiasan
cahaya terserap dan akhirnya tidak menarik perhatian dari ikan yang ada
disekitarnya. Jadi kecerahan menentukan kekuatan lampu.
Gelombang, angin
dan arus akan mempengaruhi kedudukan lampu. Adanya faktor-fakttor itu
menyebabkan kondisi sinar yang semula lurus menjadi bengkok.
Sinar bulan, Pada waktu bulan purnama sukar sekali
mengadakan penangkapan menggunakan lampu karena cahaya terbagi rata, sadangkan
penangkapan menggunakan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu
terbias sempurna dalam air.
Payaos merupakan rumpon laut dalam yang
berperan dalam pengumpulan ikan pada tempat tertentu dan dilakukan operasi
penangkapan. Payaos pelampungnya terdiri dari 60-100
batang bambu yang disusun dan diikat menjadi satu sehingga membentuk rakit
(raft), selain dari bambu pelampung juga terbuat dari alumunium. Tali pemberat
(tali yang menghubungkan antara pelampung dan pemberat) mencapai 1000-1500 m,
terbuat dari puntalan rotan, bahan syntetik seperti polyethylene, nylon,
polyester, polypropylene. Sedangkan pemberat berkisar 1000-3500 kg yang terbuat
dari batu dimasukkan dalam keranjang rotan dan cor-coran semen. Dan untuk
rumbai-rumbainya digunakan daun nyiur dan bekas tali polyethylene dan ban
bekas.
Teknik operasi bottom gill net diawali dengan proses setting. Pada saat melakukan
setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan pemasangan jaring bottom
gill net oleh Anak Buah Kapal (ABK). Jaring bottom gill net dipasang tegak
lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat menghadang gerombolan ikan
yang sebelumnya telah dipasangi rumpon, dan gerombolan ikan tertarik lalu
mengumpul di sekitar rumpon maupun light fishing dan akhirnya tertangkap karena
terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau dengan cara terpuntal.
Proses selanjutnya adalah holling. Setelah dilakukan setting dan ikan yang
telah terkumpul dirasa sudah cukup banyak, maka dilakukan holling dengan
menarik jaring bottom gill net dari dasar perairan ke permukaan ( jaring
ditarik keatas kapal ). Setelah semua hasil tangkap dan jaring ditarik ke atas
kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran.
Hal-hal yang mempengaruhi
keberhasilan penangkapan terbagi atas factor luar dan factor dalam. Factor luar
diantaranya adalah keadaan Musim ( cuaca ). Karena
fishing ground atau daerah penangkapan merupakan daerah teluk, sehingga baik
buruknya musim atau cuaca akan mempengaruhi keberhasilan suatu penangkapan.
Factor kedua adalah keberadaan
Resources (sumberdaya ikan). Makin banyak jumlah unit dari suatu alat tangkap,
maka akan tejadi over fishing sehingga keberadaan resources akan terancam. Hal
ini akan mengurangi jumlah penagkapan di suatu daerah penangkapan. Untuk
mengatasinya maka dilakukan pembatasan ukuran mesh size gill net itu sendiri.
Factor ketiga adalah teknik Penangkapan. Apabila salah dalam pengoperasian alat
tangkap maka akan didapatkan hasil tangkapan (catch) yang minimum. Factor
berikutnya adalah masalah market (Pemasaran). Pemasaran atau market ke daerah
konsumsi atau tujuan juga mempengaruhi keberhasilan suatu penangkapan.
Sedangkan faktor luarnya antara lain adalah bahan Jaring. Supaya
ikan mudah dapat terjerat pada mata jaring, maka bahan jaring harus dibuat
sebaik mungkin. Bahan atau twine yang paling banyak digunakan adalah yang
terbuat dari syntetis. Twine yang dipergunakan hendaklah “lembut tidak kaku,
pliancy, suppleness”. Dengan demikian maka twine yang digunakan adalah cotton,
hennep, linen, amylan, nylon, kremona, dan lain-lain sebagainya, dimana twine
ini mempunyai fibres yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami
dan lain-lain yang fibres-nya keras tidak digunakan. Untuk mendapatkan twine
yang lembut, ditempuh cara yang antara lain dengan memperkecil diameter twine
ataupun jumlah pilin per-satuan panjang dikurangi, ataupun bahan-bahan celup
pemberi warna ditiadakan.faktor kedua adalah ketegangan rentangan tubuh jarring.Yang
dimaksud rentangan disini ialah baik rentangan ke arah lebar demikian pula
rentangan ke arah panjang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan
terjadinya tension baik pada float line ataupun pada tubuh jaring. Dengan
perkataan lain, jika jaring direntang terlalu tegang maka ikan akan sukar
terjerat, dan ikan yang telah terjeratpun akan mudah lepas. Ketegangan
rentangan tubuh jaring akan ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat
tubuh jaring, tali temali, sinking force dari sinker dan juga shortening yang
digunakan. Factor ketiga adalah shortening atau shrinkage. Supaya ikan-ikan
mudah terjerat (gilled) pada mata jaring dan juga supaya ikan-ikan tersebut
setelah sekali terjerat pada jaring tidak akan mudah terlepas, maka pada jaring
perlulah diberikan shortening yang cukup. Factor keempat adalah tinggi Jaring.Yang
dimaksud dengan istilah tinggi jaring disini ialah jarak antara float line ke
sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Jenis jaring yang
tertangkapnya ikan secara gilled, lebih lebar jika dibandingkan dengan jaring
yang tertangkapnya ikan secara entangled. Hal ini tergantung pada swimming
layer dari pada jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Dan factor
kelima adalah mesh size. Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa
sesuatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang
besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan bersikap
selektif terhadap besar ukuran dari catch yang diperoleh. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada pada suatu fishing ground,
hendaklah mesh size disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang jumlahnya
terbanyak pada fishing ground tersebut.
Daftar
Pustaka
Ayodhyoa,A.U. Fishing Methods. Bagian
Penangkapan Ikan , Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 1975.
Ayodhyoa,A.U. Metode Penangkapan Ikan. Fakiltas
Perikanan IPB. Bogor. 1974.
Klust,Gerhard. Bahan Jaring Untuk Alat Penangkap Ikan.
Team Penerjemah BPPI Semarang. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.
1987.
Nomura,Masatsune dan Tomeyoshi Yamazaki. Fishing
Techniques (1). Japan International Cooperation Agency. Tokyo. 1977.
Ilustrasi Gambar
Alat Tangkap Trawl
Kata “ trawl “ berasal dari bahasa Prancis “ troler “ atau
dari bahasa Inggris “ trailing “ yang berarti bersamaan. Jika diterjemahkan
dalan bahasa Indonesia, maka didapat kata “tarik “ atau “mengelilingi seraya
menarik “. Beberapa orang menterjemahkan
“trawl” dengan kata “jaring tarik” karena
hampir semua jarring dalam operasinya mengalami perlakuantari atau ditarik.
Hingga sekarang, belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang
berwenang mengenai terjemahan istilah ini.
Dari kata “trawl” lahir kata “trawling” yang berarti melakukan
operasi
penangkapan ikan dengan trawl. Dan kata “trawler” memiliki arti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jaring trawl (trawl net) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal (kapal dalam keadaan berjalan) menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya.
penangkapan ikan dengan trawl. Dan kata “trawler” memiliki arti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jaring trawl (trawl net) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal (kapal dalam keadaan berjalan) menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya.
Stern trawl termasuk dalam jenis otter trawl yang berarti
cara operasionalnya (penurunan dan pengangkatan) jaring dilakukan dari bagian
belakang (buritan kapal). Penangkapan dengan
system stern trawl dapat menggunakan satu jaring atau lebih.
Jaring trawl telah mengalami perkembangan pesat di Indonesia
sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia sebelum Perang
Dunia II walaupun masih dalam tingkat percobaan. Percobaan-percobaan tersebut
sempat terhenti akibat pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun
50-an (periode setelah proklamasi kemerdekaan). Penggunaan jaring trawl dalam
tingkat percobaan ini semula dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit
pelaksana kerja dibawah naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini
semula dilakukan oleh YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL
Surabaya.
Menurut sejarahnya asal mula trawl adalah dari laut tengah
dan pada abad ke 16 dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara
Eropa lainnya. Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang
dipakai sekarang yang mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami
perubahan- perubahan, tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut
schrol net.
Perkembangan teknologi menyebabkan kemajuan- kemajuan pada
main gear, auxillary gear dan equipment lainny. Pendeteksian letak jaring dalam
air sehubungan depth swimming layer pada ikan, horizontal opening dan vertical
opening dari mulut jaring, estimate catch yang berada pada cod end sehubungan
dengan pertambahan beban tarik pada winch, sudut tali kekang pada otter board
sehubungan dengan attack angel, perbandingan panjang dan lebar dari otter
board, dan lain-lain perlengkapan. Demikian pula fishing ability dari beberapa
trawler yang beroperasi di perbagai perairan di tanahair, double ring shrimp
trawler yang beroperasi di perairan kalimantan, irian jaya dan lain-lainsebagainya.
Perhitungan recources sehubungan dengan fishing intensity yang akan
menyangkutperhitungan- perhitungan yang rumit, konon kabarnya sudah mulai
dipikirkan. Semakin banyaksegi pandangan, diharapkan perikanan trawl akan
sampai pada sesuatu benntukl yang diharapkan.
Krakteristik dari stern trawl antara lain stern trawl tidak
terlalu dipengaruhi oleh angin dan
gelombang serta dalam pelepasan jarring tidak perlu memerlukan memutar letak
kapal. Warp berada lurus pada garis haluan buritan sehingga tenaga trawl winch dapat
menghasilkan daya guna maksimal sehingga pekerjaan melepas atau menarik jaring
memerlukan waktu yang lebih sedikit, yang berarti waktu untuk jaring berada
dalam air (operasi) lebih banyak. Trawl winch pada stern trawl terpelihara dari
pengaruh angin dan gelombang. Dengan demikian dalam cuaca buruk sekalipun
operasi masih dapat dilakukan dengan mudah. Pada stern trawl akibat dari screw
current jaring akan segera hanyut, demikian pula otter boat segera setelah
dilepas akan terus membuka. Karena letak akan searah dengan garis haluan-
buritan, maka di daerah fishing ground yang sempit sekalipun operasi masih
mungkin dilakukan, dengan perkataan lain posisi jaring sehubungan dengan
gerakan kapal lebih mudah diduga. Dan pada stern trawl, pada waktu hauling
ikan-ikan yang berada pada cod end tidak menjadikan beban bagi seluruh jaring,
karena cod end tersendiri ditarik melalui slip way, dengan demikian jaring
dapat terpelihara
Yang menjadi tujuan penangkapan pada bottom trawl adalah
ikan-kan dasar ( bottom fish) ataupun demersal fish. Termasuk juga jenis-jenis
udang ( shrimp trawl, double ring shrimptrawl ) dan juga jenis-jenis kerang.
Dikatakan untuk periran laut jawa, komposisi catch antaralain terdiri dari
jenis ikan patek, kuniran, pe, manyung, utik, ngangas, bawal, tigawaja,
gulamah,kerong-kerong, patik, sumbal, layur, remang, kembung, cumi,kepiting,
rajungan, cucut dan lainsebagainya. Catch yang dominan untuk sesuatu fish
ground akan mempengaruhi skala usaha, yang kelanjutannya akan juga menetukan
besar kapal dan gear yang akan dioperasikan.
Daerah penagkapan dalam alat tangkap trawl yang memiliki
syarat-syarat fishing ground, antara lain sebagai berikut, dasar fishing ground
terdiri dari pasir, Lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur. Kecepatan arus
pada mid water serta pasang tidak besar. Kondisi cuaca,laut (arus, topan,
gelombang, dan lain-lain) memungkinkan keamanan operasi. Perubahan milieu
oceanografi terhadap mahluk dasar laut relatif kecil dengan kata lain
kontinuitas recources dijamin untuk diusahakan terus-menerus. Dan perairan
mempunyai daya prokdutifitas yang besar serta recources yang melimpah
Pada umumnya kapal-kapal trawl digerakkan oleh diesel
ataupun steam. Kapal dilengkapi dengan trawl winch, sebagai tenaga penggerak
ada yang menggunakan steam engine (
45-75 HP ) bagi stream trawl dan ada pula yang memakai motor dari 60-90 HP bagi
diesel trawl. Winch ini dihubungkan dengan warp, dan untuk mengontrol panjang
warp dipasang brake.nBesar jaring yang dipakai berbeda-beda, dan untuk
menyatakan besar jaring dipakai penunjuk “ panjang dari head rope “ yang
biasanya dengan satuan feet atau meter.
Teknik Operasi terdiri atas kecepatan/lama waktu menarik jarring. Adalah ideal jika jaring dapat
ditarik dengan kecepatan yang besar, tapi hal ini sukar untuk mencapainya,
karena kita dihadapkan pada beberapa hal, antara lain keadaan terbukanya mulut
jaring, apakah jaring berada di air sesuai dengan yang dimaksudkan ( bentuk
terbukanya ), kekuatan kapal untuk menarik ( HP ), ketahanan air terhadap
tahanan Air, resistance yang makin membesar sehubungan dengan catch yang makin
bertambah, dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini berhubungan antara satu
dengan yang lainnya dan masing-masing menghendaki syarat tersendiri. Kemudian pada
umumnya jaring ditarik dengan kecepatan 3-4 knot. Kecepatan inipun berhubungan
pula dengan swemming speed dari ikan, keadaa dasar laut, arus, angin, gelombang
dan lain sebagainya, yang setelah mempertimbangkan factor-faktor ini, kecepatan
tarik ditentukan .selanjutnya adalah lama waktu penarikan di dasarkan kepada
pengalaman-pengalaman dan factor yang perlu diperhatikan adalah banyak
sedikitnya ikan yang diduga akan tertangkap., pekerjaan di dek, jam kerja crew,
dan lain sebagainya. Pada umumnya berkisar sekitar 3-4 jam, dan kadang kala
hanya memerlukan waktu 1-2 jam.
Teknik kedua adalah panjang warp. Factor yang perlu diperhatikan
adalah depth,sifat dasar perairan ( pasir, Lumpur), kecepatan tarik. Biasanya
panjang warp sekitar 3-4 kali depth. Pada fishing ground yang depthnya sekitar
9M ( depth minimum ). Panjang warp sekitar 6-7 kali depth. Jika dasar laut
adalah Lumpur, dikuatirkan jaring akan mengeruk lumpu, maka ada baiknya jika
warp diperpendek, sebaliknya bagi dasar laut yang terdiri dari pasir keras (
kerikil ), adalah baik jika warp diperpanjang. Pengalaman menunjukkan bahwa
pada depth yang sama dari sesuatu Fishing ground adalah lebih baik jika kita
menggunakan warp yang agak panjang, daripada menggunakan warp yang terlalu
pendek. Hal ini dapat dipikirkan sebagai berikut.bentuk warp pada saat
penarikan tidaklah akan lurus, tetapi merupakan suatu garis caternian. Pada
setiap titik –titik pada warp akan bekerja gaya- gaya berat pada warp itu
sendiri, gaya resistance dari air, gaya tarik dari kapal/ winch, gaya ke
samping dari otter boat dan gaya-gaya lainnya. Resultan dari seluruh gaya yang
complicataed ini ditularkan ke jaring ( head rope and ground rope ), dan dari
sini gaya-gaya ini mengenai seluruh tubuh jaring. Pada head rope bekerja gaya
resistance dari bottom yang berubah-ubah, gaya berat dari catch yang
berubah-ubah semakin membesar, dan gaya lainsebagainya. Gaya tarik kapal bergerak
pada warp, beban kerja yang diterima kapal kadangkala menyebabkan gerak kapal
yang tidak stabil, demikian pula kapal sendiri terkena oleh gaya-gaya luar (
arus, angin, gelombang ). Kita mengharapkan agar mulut jaring terbuka maksimal,
bergerak horizontal pada dasar ataupun pada suatu depth tertentu. Gaya tarik
yang berubah-ubah, resistance yang berubah-ubah dan lain sebagainya,
menyebabkan jaring naik turun ataupun bergerak ke kanan dan kekiri. Rentan yang
diakibatkannya haruslah selalu berimbang. Warp terlalu pendek, pada kecepatan lebih
besar dari batas tertentu akan menyebabkan jaring bergerak naik ke atas ( tidak
mencapai dasar ), warp terlalu panjang dengan kecepatan dibawah batas tertentu
akan menyebabkan jarring mengeruk lumpur. Daya tarik kapal ( HP dari winch)
diketahui terbatas, oleh sebab itulah diperoleh suatu range dari nilai beban
yang optimal. Apa yang terjadi pada saat operasi penarikan, pada hakikatnya
adalah merupakan sesuatu keseimbangan dari gaya-gaya yang complicated jika
dihitung satu demi satu.
Pada saat operasi, dapat terjadi hal-hal yang dapat
menggagalkan operasi antara lain warp terlalu panjang atau speed terlalu lambat
atau juga hal lain maka jaring akan
mengeruk lumpur . Jaring tersangkut pada karang / bangkai kapal. Jaring atau
tali temali tergulung pada screw. Warp putus. Otterboat tidak bekerja dengan
baik, misalnya terbenam pada lmpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan . Hilang
keseimbangan, misalnya otterboat yang sepihak bergerak ke arah pihak yang
lainnya lalu tergulung ke jarring. Ubur-ubur, kerang-kerangan dan lain-lain
penuh masuk ke dalam jarring hingga cod end tak mungkin diisi ikan lagi dan
lain sebagainnya.
Daftar Pustaka
Ayodhyoa,A.U.1983.Metode Penangkapan Ikan. Cetakan
pertama. Faperik. IPB.Bogor
Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL.
Jakarta
The Gourack Ropework,Co.,ltd.1961. DeepSsea Trawling and Wing Ttrawling. Ward,george,ed
1964: Stern trawling
Ilustrasi Gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar