Kamis, 18 Oktober 2012

MANGROVE

DESKRIPSI :.

      Kata mangrove adalah kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Macneae, 1968). Adapun dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan untuk menunjuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut.

      Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Adapun menurut Aksornkoe (1993), hutan mangrove adalah tumbuhan halofit (tumbuhan yang hidup pada tempat-tempat dengan kadar garam tinggi atau bersifat alkalin) yang hidup disepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis.

      Hutan mangrove adalah yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut, tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Hutan mangrove dicirikan oleh tumbuhan dari 9 (sembilan) genus (Avicennia, Sueda, Laguncularia, Lumnitzera, Xylocarpus, Aegiceras, Aegialitis, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, dan Sonneratia), memiliki akar napas (pneumatofor), adanya zonasi (Avicennia/ Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Nypa), tumbuh pada substrattanah berlumpur/berpasir dan variasinya, dengan kadar salinitasyang bervariasi (Nybakken,1982).

TERUMBU KARANG

DESKRIPSI :.

      Terumbu karang merupakan habitat berbagai jenis organisme laut pada tingkatan invertebrata seperti moluska, krustasea, dan jenis-jenis hewan bertulang belakang seperti ikan karang, penyu, mamalia laut (duyung), dan rumput laut. Jenis komoditi tersebut memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan bila pemanenannya dapat dikendalikan secara lestari. Jika terumbu karang dibiarkan rusak dan hancur maka akan terjadi kepunahan organisme penghuninya dan akan kehilangan sumberdaya perikanan yang nilai ekonominya tinggi. Terjadinya kerusakan terumbu karang yang saat ini telah meluas hampir di semua wilayah Indonesia mengancam kelestarian keanekaragaman hayati terumbu karang dan keberadaan ekosistem pant
a
i
.
METODE OBSERVASI :.


      Pengamatan habitat dasar ekosistem terumbu karang, yang terdiri atas karang batu (hard coral) dan berbagai organisme bentik lainnya, dilakukan dengan cara membentangkan rol meter sebagai transek garis sepanjang 50 meter sejajar dengan garis pantai, sedangkan transek kuadrat diletakkan pada meter ke 10, 20, 30, 40, dan 50. Pengambilan data transek kuadrat dilakukan dengan metode belt transek dan pengamatan biota pengisi habitat dasar didasarkan pada bentuk pertumbuhan (life form) (English et al. 1994).


Pencatatan Data Life Form Karang (Sumber: English et. al., 1994)

METODE OBSERVASI LAMUN

Data kerapatan dan biomassa lamun diukur secara acak. Untuk menghitung kerapatan setiap jenis lamun digunakan rumus sebagai berikut:
        Jumlah tunas (tegakan) dari jenis lamun yang sama dihitung dari contoh yang diambil dari petak contoh ukuran 20 x 20 cm. Petak contoh dibuat masing-masing sebanyak 5 buah dari tiap-tiap plot luasan 1 x1 m.
      Dari panjang transek 400 m, setiap 50 m diletakan plot (frame ukuran 1x1 m) intuk pulau Pramuka yang mempunyai jarak surut sampai kurang lebih 500 m.Untuk Pulau Panjang besar dengan jarak surut terendah kurang lebih 50 m, diambil satu buah plot ukuran 1 x 1 m dan pada jarak surut lebih dari 200 m diambil 3 buah plot ukuran sama. Pulau kalilage kecil yang mempunyai lebar surut terendah bervariasi antara 25 s.d 200 meter dibuat 4 buah plot saja.
     
   Pembuatan transek dan petak pengambilan contoh lamun dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Plot dan Petak Pengambilan Contoh Lamun

 


Untuk menghitung biomassa setiap jenis lamun, digunakan rumus sebagai berikut :
        Contoh lamun yang diambil dari petak contoh ukuran 20 x 20 cm, seluruhnya dibersihkan dari lumpur dan pasir yang menempel pada bagian akarnya. Kemudian dipisah-pisahkan menurut jenis, dan dihitung jumlah tunasnya (tegakan), kemudian ditimbang untuk mengetahui berat basahnya. Berat basah dan jumlah tunas dari tiap jenis lamun yang sama dari petak contoh 20 x20 cm dalam satu plot 1x 1 m (5petak) dijumlahkna kemudian dikali lima untuk mengetahui dalam 1m².
   
METODE OBSERVASI :.


1. Faktor Abiotik Padang Lamun

     Faktor abiotik yang di inventarisir adalah tipe substrat, ukuran butiran pasir,pengelompokan dan penamaan butiran pasir. Contoh substrat yang diukur, diambil kurang lebih 1/2 kg dari masing-masing plot ukuran 1m². Contoh substrat tersebut dikeringkan terlebih dahulu dan kemudian iayak dengan ayakan yang beriameter 4;2;1;0,5 dan 0,25 mm. Hasil ayakan ditimbang dengan timbangan elektrik merk Nagata tipe LCS-3000.
     Butiran substrat ddikelompokan sebagai liat jika berdiameter < 0,25 mm, debu jika berdiameter 0,25 mm s.d 2 mm dan pasir jika berdiameter >2 mm.

2. Pemetaan Sebaran Jenis Lamun
     Sebagai bahan peta kerja dilapangan, digunakan Peta Laut Kepulauan Seribu nomor 415 dan 416 skala 1 : 20.000 yang dikeluarkan oleh DISHIDROS Angkatan Laut tahun 2004 dan Peta Bentuk Lahan Kepulauan Seribu Hasil Survei Lapangan Bakosurtanal tahun 1999 skala 1:20.000. Peta tersebut mencakup lokasi inventarisasi padang lamun yaitu Pulau Pramuka, Pulau Panjang besar, Pulau Kaliage kecil. Lokasi-lokasi tersebut dipilih sebagai tempat inventarisasi karena diduga ditumbuhi lamun yang mempunyai karakteristik yang berbeda. Observasi untuk pengambilan data sebaran dan jenis lamun dan luas penutupannya serta karakteristik habitat padang lamun dilakukan dengan berjalan kaki pada waktu air laut surut mengikuti garis transek yang tegak lurus pantai, dinilai lebih akurat,cepat dan mudah dibandingkan dengan laut ketika pasang. Jarak pandang waktu surut lebih luas dan lebih cepat dapat menentukan jenis lamun yang tumbuh, jens substrat dan gambaran persentase tutupan lamun. Alat yang dipergunakan untuk observasi adalah alat tulis menulis berupa pinsil,penggaris ,hardboard,GPS merk Garmin dan Coral Boot.
     
     Persentase tutupan lamun ditentukan secara relatif dalam plot ukuran 30 x 30 m laut. Ukuran petak didasarkan pada luasan kelompok rumpun lamun yang penyebaranya tidak merata dengan kisaran luasan kelompok rumpun lamun antara 10-30m². Dari petak luasan tersebut secara relatif dapat ditentuka berapa persen yang berupa pasir dan berapa persen yang berupa karang baik hidup atau mati, yang dilakukan dengan mata telanjang.Pengamatan dilakukan dalam garis transek sejauh 400 m untuk garis yan tegak lurus pantai dan sejauh 200 m untuk garis yang sejajar pantai. Jarak antar transek ditentukan dengan posisi GPS.

     Untuk dapat menggambarkan peta sebaran lamun, persen tutupan dari tiap=tiap petak contoh dijumlahkan kemudian diambil rata-rata sesuai banyaknya peta contoh, maka akan didapat angka rata-rata penutupan persen. Untuk mengetahui perkiraan luasan tutupan vegetasi lamun,angka rata-rata tutupan dalam persen dikalikan dengan luas rataan pasir sebagai habitat tempat tumbuh lamun.

3. Struktur Komunitas Padang Lamun
     Pengumpulan data kerapatanm dan biomassa lamun di pulau pramuka, pulau panjang dan P kaliage kecil dilakukan masing masing pada dua lokasi seperti pada gambar 1. Zonasi sebaran lamun dibuat dalam satu transek tegak lurus pantai. Spanjang transek dicatat jenisnya, penutupan dan karakteristik tipe substratnya
.

PARAMETER LINGKUNGAN

PARAMETER LINGKUNGAN HIDUP LAMUN :.

5. Substrat

     Tumbuhan lamun membutuhkan dasar yang lunak untuk ditembus oleh akar-akar dan rimpangya guna menyokong tumbuhan ditempatnya. Lamun dapat memperoleh nutrisi baik dari air permukaan melalui helai daun-daunnya, maupun dari sedimen melalui akar dan rimpangnya (Mc Roy & Barsdate,1970).
     Kesesuaian substrat yang paling utama bagi perkembangan lamun ditandai dengan kandungan sedimen yang cukup.Semakin tipis substrat (sedimen) perairan akan menyebabkan kehidupan lamun yang tidak stabil,sebaliknya semakin tebal substrat, lamun akan tumbuh subur yaitu berdaun panjang dan rimbun serta pengikatan dan penangkapan sedimen semakin tinggi.Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup dua hal,yaitu :1)pelindung tanaman dari arus laut. 2)tempat pengolahan dan pemasok nutrien (Berwick, 1983).
     Padang lamun hidup diberbagia tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari 40% endapan Lumpur dan fine mud (Dahuri et al., 1996).Semua tipesubstrat dihuni oleh tumbuhan lamun mulai dari lumpur lunak sampai batu-batuan, tetapi lamun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak. Berdasarkan tipe karakteristik tipe substratnya padang lamun yang tumbuh diperairan Indonesia dapat dikelompokkan menjai 6 kategfori, yaitu :1)Lumpur,2)Lumpur pasiran,3)Pasir,4)Pasir lumpuran,5)Puing karang dan 6)Batu karang. Pengelompokkan tipe substrat ini berdasarkan ukuran pertikelnya dengan menggnakan Segitiga Milla.
6. Oksigen Terlarut (DO)
     Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh suhu,salinitas,dan turbulensi air.Kadar oksigen terlarut berkurang dengan semakin meningkatnya suh,ketinggian?altitude dan berkurangnya tekanan atmosfer (Effendi,2000).

     Kelarutan oksigen penting artinya dalam mempengaruhi keseimbangan komunitas dan kehidupan organisme perairan. Selai itu kanungan oksigen terlarut memppengaruhi keanekaragaman organisme suatu ekosistem perairan. Menurut Effendi(200) perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaikknya memilih kaar oksigen tidak kurang ari 5mg/l. Kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mg/l mengakibatkan efek yang kurang menguntungkna bagi hampir semua organisme akuatik.
     Sumber oksigen terlarut bisa berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty dan Olem,1994 dalam Effendi,2000)

PARAMETER LINGKUNGAN

PARAMETER LINGKUNGAN HIDUP LAMUN :.

5. Substrat

     Tumbuhan lamun membutuhkan dasar yang lunak untuk ditembus oleh akar-akar dan rimpangya guna menyokong tumbuhan ditempatnya. Lamun dapat memperoleh nutrisi baik dari air permukaan melalui helai daun-daunnya, maupun dari sedimen melalui akar dan rimpangnya (Mc Roy & Barsdate,1970).
     Kesesuaian substrat yang paling utama bagi perkembangan lamun ditandai dengan kandungan sedimen yang cukup.Semakin tipis substrat (sedimen) perairan akan menyebabkan kehidupan lamun yang tidak stabil,sebaliknya semakin tebal substrat, lamun akan tumbuh subur yaitu berdaun panjang dan rimbun serta pengikatan dan penangkapan sedimen semakin tinggi.Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup dua hal,yaitu :1)pelindung tanaman dari arus laut. 2)tempat pengolahan dan pemasok nutrien (Berwick, 1983).
     Padang lamun hidup diberbagia tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari 40% endapan Lumpur dan fine mud (Dahuri et al., 1996).Semua tipesubstrat dihuni oleh tumbuhan lamun mulai dari lumpur lunak sampai batu-batuan, tetapi lamun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak. Berdasarkan tipe karakteristik tipe substratnya padang lamun yang tumbuh diperairan Indonesia dapat dikelompokkan menjai 6 kategfori, yaitu :1)Lumpur,2)Lumpur pasiran,3)Pasir,4)Pasir lumpuran,5)Puing karang dan 6)Batu karang. Pengelompokkan tipe substrat ini berdasarkan ukuran pertikelnya dengan menggnakan Segitiga Milla.
6. Oksigen Terlarut (DO)
     Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh suhu,salinitas,dan turbulensi air.Kadar oksigen terlarut berkurang dengan semakin meningkatnya suh,ketinggian?altitude dan berkurangnya tekanan atmosfer (Effendi,2000).

     Kelarutan oksigen penting artinya dalam mempengaruhi keseimbangan komunitas dan kehidupan organisme perairan. Selai itu kanungan oksigen terlarut memppengaruhi keanekaragaman organisme suatu ekosistem perairan. Menurut Effendi(200) perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaikknya memilih kaar oksigen tidak kurang ari 5mg/l. Kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mg/l mengakibatkan efek yang kurang menguntungkna bagi hampir semua organisme akuatik.
     Sumber oksigen terlarut bisa berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty dan Olem,1994 dalam Effendi,2000)

PARAMETER LINGKUNGAN LAMUN

PARAMETER LINGKUNGAN PARAMETER LINGKUNGAN HIDUP LAMUN :.IDUP LAMUN :.

1.Suhu

     Suhu merupakan faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme dilautan,karenasuhu mempengaruhi aktifitas metabolisme ataupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut (Hutabarat dan Evans, 1986).
     Toleransi suhu dianggap sebagai faktor enting dalam menjelaskan biogeografi lamun dan suhu yang tinggi di perairan dangkal dapat juga menentukan batas kedalaman minimum untuk beberapa spesies (Larkum et al., 1989).
     Kisaran suhu optimal bagi spesies lamun untuk perkembangan adalah 28°C-30°C, sedangkan untuk fotosintesis lamun membutuhkan suhu optimum antara 25°C-35°C dan padasaat cahaya penuh. Pengruh suhu bagi lamun sangat besar, suhu mempengaruhi proses-proses fisiologi yaitu fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan dan reproduksi. Proses-proses fisiologi tersebut akan menurun ajam apabila suhu pereairan berada diluar kisaran tersebut (Berwick, 1983).

2.Arus
     Arus merupakan gerakan mengalir suatu masa air yang dapat disebabkanoleh tiupan angin,perbedaan densitas air laut ata dapat pula disebabkan oleh gerkan periodik jangka panjang.Arus yang disebabkan oleh gerakan periodikjangka panjang ini antara lain arus yang disebabkan oleh pasang surut (pasut).Arus yang disebabkan oleh pasang surut biasanyaa banyak diamatidiperairan teluk dan pantai (Nontji,1993).

     Kecepatan arus peraiaran berpengaruh pada produktifitas padang lamun.Turtle grass dapat menghasilkan hasil tetap ( standing crop) maksimal pada kecepatan arus 0.5m/det(Dahri et al., 1996). Arus tidak mempengaruhi penetrasi cahaya, kacuali jika ia mengangkat sedimen sehingga mengurangi penetrasi cahaay. Aksi menguntungkan dari arus terhaap organisme terletak pada transport bahan makanantambahna bagi porganisme dan gdalam halpengangkutan buangan(Moore, 1958). Pada daerah yang arusnya cepat,sedimen pada padang lamunterdiri dari lumpur halus dan detritus.Hal ini mennunjukkan kemampuan tumbuhan lamun untuk mengurangi pengaruh arus sehingga mengurangi transport sedimen (Berwick, 1983 dalam Mintane,1998).

3.Salinitas
     Salinitas atau kadar garam yaitu jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air,biasanya dinyatakan dalam satuan °/oo(permil).Sebaran salinitas dilaut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai (Nontji, 1993).

    Spesies padang lamun mempunyai tolerans iyang berbeda-beda,namuyn sebagaian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu10 °/oo-40°/oo.Nilai optimum toleransi lamun terhadap salinitas air laut pada nilai 35°/oo(Dahuri et al,. 1996).
4.Kecerahan
     Kecerahan perairan menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis.Kebutuhasn cahaya yang tinggi bagi lamun untuk kepentingan fotosintesis terlihat dari sebarannya yang terbatas pada daerahyang masih menerima cahaya matahari (Berwick, 1983 dalam Mintane, 1998). Nilai kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan Lumpur,kandugan plankton, dan zat-zat terlarut lainnya (Birowo et al dalam Mintane 1998).

Jenis jenis Lamun

JENIS-JENIS LAMUN :.

Dengan melihat kunci identifikasi lamun kita dapat melihat jenis-jenis lamun apa saja yang terdapat di periran Indonesia
Kunci Identifikasi Lamun di Indonesia (Dimodifikasi dari Den Hartog 1970 dan Phillips & Menez 1988)

1. Daun pipih..............................................................................................................2
  Daun berbentuk silindris....................................................Syringodium isoetifolium
2. Daun bulat-panjang, bentuk seperti telur atau pisau wali........................Halophila
  a.Panjang helaian daun 11 – 40 mm, mempunyai 10-25 pasang tulang daun................................................................................................Halophila ovalis
  b. Daun dengan 4-7 pasang tulang daun...............................................................c
  c. Daun sampai 22 pasang, tidak mempunyai tangkai daun, tangkai panjang ....................................................................................Halophila spinulosa
     c1. Panjang daun 5-15 mm, pasangan daun dengan tegakan pendek
   .....................................................................................................Halophila minor

   c2. Daun dengan pinggir yang bergerigi seperti gergaji
   ...............................................................................................Halophila decipiens

   c3. Daun membujur seperti garis, biasanya panjang 50 – 200 mm ...................3
3. Daun berbentuk selempang yang menyempit pada bagian bawah.......................4
  a. Tidak seperti diatas ..........................................................................................6
4. Tulang daun tidak lebih dari 3...................................................................Halodule
  a. Ujung daun membulat, ujung seperti gergaji ..........................Halodule pinifolia

b. Ujung daun seperti trisula .....................................................Halodule uninervis

c. Tulang daun lebih dari 3.....................................................................................5
5. Jumlah akar 1-5 dengan tebal 0,5-2 mm ujung daun seperti gigi...................................................................................Thalassodendron ciliatum
6. Tidak seperti diatas...............................................................................Cymodocea
  a. Ujung daun halus licin, tulang daun 9-15 ........................Cymodocea rotundata
  b. Ujung daun seperti gergaji, tulang daun 13-17................Cymodocea serrulata
7. Rimpang berdiameter 2-4 mm tanpa rambut-rambut kaku; panjang daun 100-
300 mm, lebar daun 4-10 mm..................................................Thalassia hemprichii
8. Rimpang berdiameter lebih 10 mm dengan rambut-rambut kaku; panjang
daun 300-1500 mm, lebar 13-17 mm .........................................Enhalus acoroides

Klasifikasi Lamun

KLASIFIKASI :.

     Lamun termasuk dalam subkelas Monocotyledonae dan merupakan tumbuhan berbunga (kelas Angiospermae). Secara lengkap klasifikasi beberapa jenis lamun yang terdapat di perairan pantai Indonesia (Phillips dan Menez,1988) adalah sebagai berikut :

      Divisi : Anthophyta
          Kelas : Angiospermae
            Subkelas : Monocotyledonae
                Ordo : Helobiae
                  Famili : Hydrocharitaceae
                    Genus : Enhalus
                      Species :  Enhalus acoroides
                    Genus : Halophila
                      Species : Halophila decipiens
                                     Halophila ovalis
                                     Halophila minor
                                     Halophila spinulosa
                    Genus : Thalasia
                      Species : Thalasia hemprichii
                  Famili : Cymodoceaceae
                    Genus : Cymodocea
                      Species : Cymodocea rotundata
                                      Cymodocea serrulata
                    Genus : Halodule
                      Species : Halodule pinifolia
                                      Halodule uninervis
                    Genus : Syringodium
                      Species : Syringodium isoetifolium
                    Genus : Thalassodendron
                      Species : Thalassodendron ciliatum

      Tumbuhan lamun terdiri dari akar rhizome dan daun.Rhizome merupakan batang yang terpendam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku.Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas,berdaun dan berbunga. Pada buku tumbuh pula akar (Nontji,1993). Lamun memiliki daun-daun tipis yang memanjang seperti pita yang mempunyai saluran-saluran air (Nybakken, 1992). Bentuk daun seperti ini dapat memaksimalkan difusi gas dan nutrien antara daun dan air, juga memaksimalkan proses fotosintesis di permukaan daun (Philips dan Menez, 1988).
      Daun menyerap hara langsung dari periran sekitarnya, mempunyai rongga untuk mengapung agar dapat berdiri tegak di air, tapi tidak banyak mengandung serat seperti tumbuhan rumput di darat (Hutomo,1997). Sebagian besar lamun berumah dua,artinya dalam satu tumbuhan hanya ada jantan saja atau betina saja.Sistem pembiakannya bersifat khas karena melalui penyerbukan dalam air (Nontji, 1993).

Deskripsi Lamun


      Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae) (Wood et al. 1969; Thomlinson 1974; Azkab 1999). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodoceae serulata, dan Thallasiadendron ciliatum. Dari beberpa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung dan Lombok. Begitu pula Halophila decipiens baru ditemukan di Teluk Jakarta, Teluk Moti-Moti dan Kepulaun Aru (Den Hartog, 1970; Azkab, 1999; Bengen 2001).

      Lamun, merupakan bagian dari beberapa ekosistem dari wilayah pesisir dan lautan perlu dilestarikan, memberikan kontribusi pada peningkatan hasil perikanan dan pada sektor lainya seperti pariwisata. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian khusus seperti halnya ekosistem lainnya dalam wilayah pesisir untuk mempertahankan kelestariannya melalui pengelolaan secara terpadu. Secara langsung dan tidak langsung memberikan manfaat untuk meningkatkan perekonomian terutama bagi penduduk di wilayah pesisir.

      Habitat lamun dapat dipandang sebagai suatu komunitas, dalam hal ini padang lamun merupakan suatu kerangka struktural yang berhubungan dalam proses fisik atau kimiawi yang membentuk sebuah ekosistem. Mengingat pentingnya peranan lamun bagi ekosistem di laut dan semakin besarnya tekanan gangguan baik oleh aktifitas manusia maupun akibat alami, maka perlu diupayakan usaha pelestarian lamun melalui pengelolaan yang baik pada ekosistem padang lamun.

     Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata ( Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).

     Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem. Lamun merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan dan melindungi mereka dari serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

      Ekosistem Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang tinggi dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air. Alasan lain karena batang lamun dapat menghalangi pemangsaan fauna bentos sehingga kerapatan dan keanekaragaman fauna bentos tinggi.

      Daerah Padang Lamun dengan kepadatan tinggi akan dijumpai fauna bentos yang lebih banyak bila dibandingkan dengan daerah yang tidak ada tumbuhan lamunnya. Menurut Romimohtarto dan Juwana (1999) ekosistem lamun memiliki kerapatan fauna keanekaragaman sebesar 52 kali untuk epifauna dan sebesar 3 kali untuk infauna dibandingkan pada daerah hamparan tanpa tanaman lamun


Lamun

Tentang Lamun

Apakah lamun itu?

Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) yang telah beradaptasi untuk dapat hidup terbenam di air laut. Dalam bahasa Inggris disebut seagrass . Istilah seagrass hendaknya jangan dikelirukan dengan seaweed yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai rumput laut yang sebenarnya merupakan tumbuhan tingkat rendah dan dikenal juga sebagai alga laut.

Secara struktural lamun memiliki batang yang terbenam didalam tanah, disebut rhizom atau rimpang.  Rimpang dan akar lamun terbenam di dalam substrat yang membuat tumbuhan lamun dapat berdiri cukup kuat menghadapi ombak dan arus.

Lamun memiliki dua bentuk pembungaan, yakni  monoecious (dimana bunga jantan dan betina berada pada satu individu) dan dioecious (dimana jantan dan betina berada pada individu yang berbeda). Peyerbukan terjadi melalui media air (penyerbukan hydrophyllous).

Padang lamun adalah ekosistem perairan dangkal yang didominasi oleh lamun.  Pada ekosistem ini banyak ragam biota yang hidup berasosiasi dengan lamun.
Mengapa lamun itu penting?

Lamun  mempunyai peran penting ditinjau dari beberapa aspek:
  • Keanekaragaman hayati: Padang lamun memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.  Indonesia diperkirakan memiliki 13 jenis lamun.  Selain itu padang lamun juga merupakan habitat penting untuk berbagai jenis hewan laut, seperti: ikan, moluska, krustacea, ekinodermata, penyu, dugong, dll.
  • Kualitas air: Lamun dapat membantu mempertahankan kualitas air.
  • Perlindungan: Lamun dapat mengurangi dampak gelombang pada pantai sehingga dapat membantu menstabilkan garis pantai.
  • Ekonomi: Padang lamun menyediakan berbagai sumberdaya yang dapat digunakan untuk menyokong kehidupan masyarakat, seperti untuk makanan, perikanan, bahan baku obat, dan pariwisata.
Apa saja ancaman terhadap lamun?

Seperti ekosistem terumbu karang dan mangrove, padang lamun juga mengalami degradasi lingkungan dan presentasi tutupannya juga terus munurun.  Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan terhadap padang lamun:
  • Perubahan fisik dasar laut, seperti erosi, sedimentasi, dan pelumpuran yang mengurangi wilayah dan kepadatan tutupan padang lamun;
  • Kekeruhan yang mempengaruhi kapasitas fotosintesis dan pertumbuhan pada lamun;
  • Metode penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti trawl;
  • Penangkapan ikan berlebih yang dapat menurunkan tingkat keragaman hayati di ekosistem padang lamun.
Tanpa intervensi yang efektif dan terintegrasi, kecenderungan degradasi pada ekosistem padang lamun dan biota yang berasosiasi dengannya akan terus merosot.

Apa saja akar permasalahan dalam pengelolaan padang lamun?
  • Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat akan pentingnya ekosistem padang lamun;
  • Kondisi kemiskinan masyarakat pesisir;
  • Terbatasnya alternatif penghasilan untuk masyarakat lokal;
  • Belum adanya pengelolaan padang lamun yang terintegrasi;
  • Kelemahan hukum dan upaya penegakannya.
Jenis-jenis Lamun di Indonesia
Cymodocea rotundata
Local: Settu
English: Round tippes seagrass
Salah satu spesies dominan di mintakat intertidal; salah satu spesies pionir;
diketahui sebagai makanan duyung di Kawasan Timur Indonesia
Cymodocea serrulata
Local: Settu
English: Toothed seagrass

Enhalus acoroides
Local: Settu pita
English: Tropical eelgrass

Halophila decipiens
Local: Settu kelor
English: Veinless spoon-grass

Halophila minor
Local: Settu
English: Small spoon-grass
Halophila ovalis
Local: Settu kelor
English: Spoon-grass
Halodule pinifolia
Local: Settu kawat
English: Fiber-strand seagrass

Halophila spinulosa
Local: Settu pakis
English: Curled-base spoon-grass
Halodule uninervis
Local: Settu kawat
English: Fiber-strand seagrass
Syringodium isoetifolium
Local: Settu
English: Syringe grass

Thalassodendron ciliatum
Local: Settu kipas
English: Woody seagrass

Thalassia hemprichii
Local: Settu
English: Dugong grass